Rabu 08 Jul 2015 14:35 WIB

Ada Pembalut Berbahaya, MUI: Kinerja Pemerintah Lemah

Rep: c93/ Red: Agung Sasongko
Menurut YLKI, di Indonesia belum ada pembalut yang memenuhi semua klasifikasi pembalut yang sehat.
Foto: wikipedia
Menurut YLKI, di Indonesia belum ada pembalut yang memenuhi semua klasifikasi pembalut yang sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain melihat kinerja pemerintah sangat lemah. Itu setelah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan beberapa pembalut mengandung zat berbahaya.

 

Tengku berharap kasus tersebut bisa diselesaikan dengan tuntas dan jangan molor seperti kasus-kasus sebelumnya. Dia juga meminta badan yang bersangkutan untuk memperbaiki perizinan yang berlaku.

 

“Lihat lah kasus mafia obat, kasus obat-obatan palsu, tidak pernah terselesaikan secara tuntas. Jangan jangan ada suap menyuap di sana. Bereskan lah izinnya, masa barang berbahaya dapat izin edar,” kata dia kepada ROL, Rabu (8/7).

 

Sebelumnya, YLKI melakukan uji sampel pembalut dan pantyliner semua merek pembalut untuk perempuan di Indonesia. Hasilnya cukup mengejutkan, dilaporkan sembilan merek pembalut menggunakan bahan kimiawi klorin yang biasa digunakan sebagai pemutih kertas dan pakaian dengan tingkat kandungan berbeda-beda.

 

Kesembilan pembalut yang berklorin tinggi adalah Charm 54,73 ppm, Nina Anion 39,2 ppm, My Lady 24,44 ppm, VClass Ultra 17,74 ppm, Kotex  8,23 ppm, Hers Protex 7,93 ppm, LAURIER 7,77 ppm, Softex 7,3 ppm, dan Sotness Standard Jumbo Pack 6,05 ppm.

 

Sementara merek Pantyliner yang berklorin tinggi adalah V Class 14,68 ppm, Pure Style 10,22 ppm, My Lady 9,76 ppm, KOTEX Fresh Liners 9,66 ppm, Softness Panty Shields 9,00 ppm, CareFree superdry 7,58 ppm dan LAURIER Active Fit  5,87 ppm.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement