Ahad 28 Jun 2015 23:03 WIB

Ini Tantangan Ajak Napi Beribadah

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah anak didik lapas Tangerang membaca Alquran (tadarus) di mushola, Tangerang, Banten, Selasa (23/6).
Foto: Antara/Lucky R
Sejumlah anak didik lapas Tangerang membaca Alquran (tadarus) di mushola, Tangerang, Banten, Selasa (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN --  Di lapas ini ada total 222 napi dan 28 tahanan Muslim. “Saat ini sudah ada 20 orang santri yang belajar membaca Alquran dan 30 orang napi yang belajar iqra,” tambah Ketua Lapas Kelas IIA Ambarawa ini.

Pada Ramadhan kali ini, tambah Agus, semua satri wajib berpuasa dan mengikuti salat lima waktu berjamaah. Kemudian, setelah salat Magrib dan Isya berjamaah dilanjutkan shalat Tarawih dan dilanjutkan dengan tadarus.

Hal ini diamini oleh Ahmad Nurrohim (40), wabin yang dipercaya menjadi imam  di masjid lapas ini dan pengajar para santri. Ia mengajar para santri mulai dari iqra, juz amma maupun Alquran. Sedangkan para santri yang mengikuti tadarus yang sudah bisa membaca Alquran dengan lancar dan telah khatam.

Ahmad mengakui, salah satu tantangan untuk mengajak para napi ini melakukan kegiatan keagamaan adalah saat menemukan tahanan maupun napi beragaman Islam yang sulit diajak beribadah.

Namun dengan upaya dan pendekatan yang lebih bisa diterima para napi dan tahanan, akhirnya tantangan ini bukan menjadi hambatan. “Sekarang para napi dan tahanan mulai banyak yang memakmurkan masjid yang juga popes ini,” tambahnya.

Sabar (35), salah seorang santri asal Kabupaten Magelang mengaku saat kali pertama memasuki Lapas sama sekali tidak bisa membaca Alquran maupun shalat.

Namun lambat laun berkat bimbingan pengasuh Ponpes maupun ajakan Ustadz, kini telah diajarkan shalat lima waktu dan bisa membaca Alquran dan sudah khatam tiga kali. “Di ponpes ini saya sangat diingatkan Allah SWT,” tegasnya.

Pengelola ponpes Darut Ta'ibin, Ustaz Mukhsin mengakui kali pertama mengajarkan untuk beribadah kepada napi maupun tahanan yang beragama Islam sangat sulit. Tak jarang, pengelola ponpes ini harus merangsang mereka dengan hadiah agar para napi dan tahanan ini luluh.

“Harus begitu, mereka ini sudah jauh meninggalkan ajaran agama bahkan nggak kenal lagi Allah,” ungkapnya.

Sebagai apresiasi kepada para santri, setelah khatam mereka juga berhak menerima sertifikat dari pengelola ponpes. “Inilah bekal yang kami titipkan agar mereka dapat bermasyarakat dengan akhlak yang lebih baik,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement