Sabtu 20 Jun 2015 19:26 WIB

Membiasakan Kesalehan yang Berkelanjutan

Rep: C38/ Red: Didi Purwadi
Ahmad Juwaini
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ahmad Juwaini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, menganjurkan Muslim untuk membiasakan kesalehan yang berlanjutan. Mulai komitmen itu pada bulan Ramadhan, lalu lanjutkan pada sebelas bulan berikutnya.

“Ramadhan adalah bulan untuk meningkatkan kesalehan, baik individual maupun sosial. Keduanya merupakan satu paket di bulan Ramadhan,” kata Ahmad Juwaini kepada Republika Online.

Ia melanjutkan, Muslim dilatih untuk banyak beribadah pada bulan Ramadhan, melalui tadarus, tilawah, shalat, dzikir, dan sebagainya. Itu yang sifatnya saleh kepada Allah SWT. Tapi, pada bulan Ramadhan juga ada ibadah dalam bentuk amal sosial. Misalnya, anjuran untuk bersedekah, berinfaq, dan berzakat.

“Kita dianjurkan untuk banyak bersedekah pada bulan Ramadhan. Lantaran, selama Ramadhan ini ada pelipatgandaan pahala dibanding bulan-bulan lain. Jadi, kita memang harus memanfaatkan bulan Ramadhan untuk mencari banyak pahala,” tutur dia.

Menurutnya, hakikat sedekah sebenarnya untuk membersihkan atau menyucikan hati kita dari nafsu dunia. Sedekah juga menguatkan persaudaraan atau solidaritas pada orang lain. Jika itu terjalin dengan baik, kita memiliki jalinan persaudaraan yang kuat sesama Muslim. “Ini salah satu yang diharapkan di bulan Ramadhan,” kata Ahmad.

Ia menambahkan, ada berbagai bentuk kesalehan sosial yang dapat dilakukan seorang Muslim. Yang paling mudah adalah memberi makan orang berpuasa. Aktivitas ini jamak dilakukan di mana-mana. Selain itu, Muslim juga bisa memberi bantuan bagi anak yatim dan fakir miskin, menyumbangkan dana untuk perbaikan masjid, wakaf, dan sebagainya.

Akan tetapi, lanjut Ahmad, yang paling diharapkan ialah sedekah jangka panjang yang tidak hanya bersifat konsumtif, tetapi bersifat pemberdayaan umat. Misalnya, memberi beasiswa pendidikan bagi anak yatim dan dhuafa.

Lantas, bagaimana agar kesalehan sosial ini senantiasa melekat dalam keseharian kita? “Yang harus kita yakini bahwa Ramadhan hanya bulan pendidikan, bulan penyiapan. Yang paling penting justru bagaimana kemudian kita bisa menjaga kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan,” kata lulusan Universitas Padjajaran ini.

Setidak-tidaknya, kata Ahmad, kalaupun terjadi grafik ibadah kita mengalami penurunan tidak terlalu signifikan. Caranya, dengan melakukan amalan-amalan yang berkelanjutan.

“Kita bisa menjadi orang tua asuh. Pada bulan Ramadhan, kesediaan untuk menjadi orang tua asuh itu kita mulai. Tapi, amalan itu tetap akan kita laksanakan sampai seterusnya. Amalan-amalan yang sifatnya kontinyu seperti ini lebih baik karena tetap berlanjut di bulan lain,” tegas Presiden Direktur Dompet Dhuafa ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement