Kamis 18 Jun 2015 15:19 WIB

Tiga Cara Meningkatkan Kesabaran

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Sabar (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Sabar (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagaimana cara meningkatkan kesabaran di bulan Ramadhan?Pertanyaan ini banyak mengemukan dikalangan umat Islam.

Menurut Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Syuhada Basri, pertama kita harus ingat kalau sedang berpuasa. “Ketika ada orang yang mengajak kita pada kemaksiatan, mengatai dengan kata-kata kotor, atau memicu amarah, katakan bahwa kita sedang berpuasa,” kata dia, Kamis (18/7).

Ia menambahkan, setiap Muslim juga harus ingat tujuan dia berpuasa. Sejak awal, kita sudah berharap Ramadhan ini bisa menghapuskan dosa dan menguatkan keimanan kita. Iktikad itu perlu dipegang teguh. Kalau kita sudah meneriakkan reaksi terhadap sesuatu yang tidak seharusnya kita beri reaksi, artinya kita sudah gagal mengontrol hawa nafsu.

Yang kedua, Syuhada Basri menjelaskan, setiap Muslim hendaknya menyibukkan diri dengan dzikir, tadarus Alquran, dan berdoa. Menyibukkan diri dengan aktivitas-aktivitas ibadah  itu akan meningkatkan kesabaran. Sebaliknya, menyibukkan diri dengan hal yang sia-sia akan mengurangi nilai ibadah puasa kita.

“Saat Ramadhan, para ulama zaman dulu tidak berkawan kecuali dengan Alquran. Imam Sayfi’i khatam Alquran setiap hari. Ada juga sahabat yang khatam Alquran dalam satu kali tarawih,” kisahnya.

Ketua DDII ini juga menambahkan, orang tua harus memberikan pendidikan puasa yang benar kepada anak-anak sejak dini. “Anak kecil kadang-kadang masih tergoda. Mereka mengumpulkan semua makanan di siang hari saat berbuka. Saat itu, kita harus memberi pelajaran. Makannya harus begini, minumnya begini. Kita ajarkan apa yang dianjurkan oleh Nabi,” katanya.

Pasalnya, banyak Muslim yang sampai dewasa masih memahami puasa sebatas tidak makan, tidak minum, serta tidak bergaul dengan istri di siang hari. Padahal, kata Syuhada Basri, Rasulullah bersabda, barang siapa yang tidak bisa menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, kata-kata yang tidak baik, maka sebenarnya dia belum berpuasa.

Allah tidak berharap orang itu hanya berlapar-lapar belaka. “Kita juga harus mempuasakan mulut, telinga, tangan, dan kaki dari perbuatan maksiat. Agar puasa tidak hanya sebatas kewajiban atau siklus yang datang setiap tahun,” tegasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement