Kamis 18 Jun 2015 14:46 WIB

Tiga Bentuk Kesabaran

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Kata sabar sangatlah mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan.
Foto: William-wright.com
Kata sabar sangatlah mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak godaan saat bulan Ramadhan, mulai dari makanan minuman yang lezat, diskon besar-besaran di supermarket, sampai godaan untuk menggunjingkan keburukan orang. Situasi ini menuntut seorang Muslim Sabar.

“Ketika godaan itu datang, kita harus menahan diri. Ingat bahwa kita tengah berpuasa. Jika kita perturutkan hawa nafsu untuk mengikuti godaan itu, maka akan merusak pahala puasa kita,” kata Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), KH. Syuhada Basri, ROL, Kamis, (18/6).

Ketua DDII ini menjelaskan ada tiga bentuk kesabaran. Pertama, kesabaran untuk tidak melanggar ketentuan-ketentuan agama. Kedua, bersabar ketika datang godaan untuk melakukan sesuatu yang menyimpang dari agama. Ketiga, kesabaran pada saat orang menghina dan menganiaya kita.

Tetapi, lanjut Syuhada Basri, bukan berarti kita diam ketika orang menghina kita dengan sesuatu yang menyimpang dari agama. Kita juga harus meluruskan dan melawan orang itu. Dalam sejarah kenabian, Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan.

Dalam konteks zaman sekarang, Syuhada Basri mencontohkan, kita tidak boleh diam ketika ada orang pesta miras di hadapan kita saat bulan Ramadhan. Atau, ketika kita melihat anak-anak membunyikan petasan sambil tertawa keras-keras di samping masjid saat jamaah tengah shalat tarawih. Tapi, kita tidak boleh berlebihan dalam mengingatkan atau memberikan perlawanan.

“Kesabaran itu perlu dimaknai dengan tepat. Sabar adalah upaya optimal untuk mencapai keridhoan Allah, kadang kita harus diam, kadang kita harus bicara, tetapi kadang kita juga harus melawan. Tergantung situasi yang kita hadapi,” jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement