REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Makruf Amin menegaskan para pemimpin yang memberikan janji-janji kepada masyarakat pada saat kampanye maupun pada saat
menjalankan tugas wajib menepatinya.
"Dalam pendekatan agama, orang yang tidak menetapi janji adalah berdosa. Karena pemimpin itu manusia, maka pemimpin yang tidak menepati janji ya berdosa," kata KH Makruf Amin pada diskusi "Pilar Negara: Mewujudkan Janji Presiden Sesuai Konstitusi" di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin (15/6).
Menurut Makruf Amin, para pemimpin banyak yang memberikan janji-janji kepada rakyat dan banyak tidak ditepati. Calon presiden dan calon wakil presiden pada saat kampanye, kata dia, juga memberikan janji-janji kepada masyarakat.
"Ketika calon presiden dan calon wakil presiden terpilih, maka wajib menepati janjinya. Kalau tidak menepati janjinya ya berdosa," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Makruf Amin mengingatkan kepada para pemimpin, agar jangan muda membuat janji. Menurut dia, janji-janji kepada rakyat yang tidak ditepati sama dengan membohongi rakyat berkelanjutan.
"Saya mengusulkan kepada MPR dan DPR agar membuat aturan yangmengatur agar pemimpin tidak ingkar janji," katanya.
Ketika ditanya, bagaimana dengan pemilih yang memilih pemimpin tersebut, menurut Makruf, jika pemilih memilih pemimpin karena ada imbalan dana transportnya, maka pemilih itu juga berdosa. "Kalau pemilih memilih calon pemimpin karena niatnya ada imbalan maka ikut berdosa, kecuali pe milih yang memilih dengan niat tulis," katanya.
Makruf menambahkan, MUI juga sudah menerbitkan Fatwa perihal pemimpin yang ingkar janji.