Jumat 12 Jun 2015 18:01 WIB

Azyumardi Azra: Pancasila Bersahabat dengan Agama

Rep: c 08/ Red: Indah Wulandari
Prof. Dr. Azyumardi Azra
Foto: RMV
Prof. Dr. Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra mengatakan landasan Indonesia sebagai suatu negara yaitu Pancasila sangat bersahabat dengan agama-agama yang ada di Indonesia itu sendiri.

Untuk itulah, tokoh-tokoh bangsa di Indonesia, kata Azyumardi, menolak untuk menyebut Indonesia sebagai negara sekuler. Karena Pancasila dinilai sudah merepresentasikan nilai-nilai keagamaan di Indonesia.

"Indonesia pada dasarnya sekuler karena, bukan negara agama. Tapi, karena landasan negara, yaitu Pancasila bersahabat dengan agama, karena merepresentasikan nilai-nilai agama," katanya  dalam diskusi 'Agama Dalam Ruang Publik: Ancamankah Bagi Negara Hukum?' di Aula Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia di Salemba Jakarta Pusat, Jumat (12/6).

Kemudian, ia  menambahkan bahwa dalam sejarah pendirian negara Indonesia, agama sudah diletakkan dalam posisi penting dalam landasan-landasan negara.

Indonesia, menurutnya,  mempunyai keunikan dibanding negara-negara lain. Yaitu meskipun terdiri dari berbagai agama, Indonesia tetap berdiri bersatu tanpa ada konflik yang begitu berarti antara agama satu dengan yang lainnya.

Ia menyebut banyak negara-negara di luar termasuk negara-negara maju salut dengan Indonesia yang menghormati setiap agama yang ada di dalamnya.

"Hanya Indonesia yang ada tanggal merah untuk hari raya dari enam agama," ujar Azyumardi.

Meski terdiri dari banyak agama, ia juga tidak sepakat apabila agama mengatur urusan agama secaraumum. Menurut dia, apabila suatu agama mendominasi sendi kehidupan bernegara, maka dikhawatirkan adanya diskriminasi terhadap kaum-kaum minoritas yanh ada di Indonesia.

Ia berpendapat, bila agama berbicara dalam konteks umum, maka tindakan-tindakan yang dilakukan juga untuk kepentingan semua warga negara, termasuk kaum minoritas.

"Contohnya kalau misalnya Perda Syariah itu diterapkan, itu akan diskriminasi, tidak hanya minoritas seperti Kristen, Hindu, Budha, tapi juga bagi umat Islam sendri. Islam coba masuk ke ranah hukum, tapi ditolak. NU dan Muhammadiyah juga tolak itu," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement