REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Bina Haji dan Umrah Nahdlatul Ulama (PP Asbihu NU) KH. Hafidz Taftazani meminta para ulama setempat agar perhatian kepada pengungsi Rohingya tidak berkurang. Kesediaan Pondok Pesantren Bustanul Arifin pimpinan KH Tengku Sarkowi di Aceh Tengah menampung para pengungsi tersebut diharapkan diikuti pondok pesantren lainnya.
"Pengungsi disarankan tidak keluar Aceh, tapi dapat ditampung di seluruh Pondok Pesantren di daerah itu saja. Itu harapan ulama Aceh," kata Hafidz yang mendapat laporan dari kunjungannya melihat sejumlah tempat pengungsian Rohingnya, beberapa hari lalu.
Sebanyak 421 imigran asal Bangladesh dan 256 pengungsi Rohingya mendarat di Lhoksukon, Aceh Utara. Gelombang manusia perahu itu merupakan yang kedua tiba di Aceh, setelah sebelumnya hampir 600 pengungsi terdampar di sana, akhir April silam.
Malaysia dan Indonesia pekan lalu sepakat menampung para pengungsi Rohingya dan Bangladesh untuk sementara. Jumlah pengungsi diperkirakan mencapai 7000 orang. Kedua negara juga mengimbau masyarakat internasional untuk membantu.
Menurut Hafidz, PBNU dan majelis agama Buddha seperti Walubi, diharapkan dalam waktu dekat dapat berkunjung ke Myanmar. "Kita ingin menemui pemerintah setempat membicarakan pengungsi. Kita juga ingin menjelaskan tentang kerukunan antarumat yang ada di Indonesia. Islam dan Buddha, termasuk dengan agama-agama lainnya sejatinya dapat hidup berdampingan dalam suasana damai," katanya.