REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Sebagai seorang keturunan Anglo-India yang menganut agama Kristen, Anita Nayyar (33 tahun) kerap melihat orang tua serta keluarga besarnya menjadi obyek penembakan dan serangan yang dilakukan kelompok radikal Muslim.
“Saat berusia 16 tahun aku bersekolah di tempat sekuler dan banyak teman Muslim. Aku sangat terkejut melihat betapa normalnya hidup mereka seperti remaja lainnya dan aku benar-benar menyukainya,” jelas Nayyar dilansir The Guardian, Rabu (3/6).
Nayyar yang ingin tahu lebih banyak tentang Islam mencoba untuk berdebat dengan teman-temannya tersebut. Selama 1,5 tahun, ia berproses untuk mencari kebenaran beragama dalam Islam.
“Saya menjadi Muslim tahun 2000 pada usia 18 tahun. Ibuku sangat kecewa, sementara ayahku diam-diam mengizinkan. Sementara anggota keluargaku yang lain menolak keras keputusanku,” jelas Nayyar.
Pelan-pelan Nayyar belajar tentang hak dan kewajiban sebagai seorang Muslimah. Menurutnya, memakai jilbab memudahkannya untuk menjauhi kebiasaan lama, minum minuman beralkohol bersama kawan-kawannya. Namun, ia masih akan terus belajar Islam hingga siap untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslimah.
“Tantangan terbesarnya saat melaksanakan ibadah wajib karena saat itu tidak ada tempat khusus shalat di kantor. Sehingga saya melakukannya di tempat parkir, koridor kantor hingga tempat penjual ayam goreng,” kata Nayyar.