REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran dan Indonesia menekankan bahwa kelompok teroris yang memfitnah Islam untuk kejahatan mereka sama sekali tidak terkait dengan ajaran agama Islam.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil bertemu dengan Wakil Presiden Pertama Iran Eshaq Jahangiri, begitu laporan Farsnews, Senin (26/5). Mereka membincangkan bahwa kelompok-kelompok ekstremis yang hanya menggunakan simbo-simbol agama, padahal perilaku meraka sangat jauh dari ajaran agama yang penuh dengan kasih sayang, hanya akan memicu gelombang islamophobia di seluruh dunia.
Jahangiri mengungkapkan Iran dan Indonesia sebagai dua negara penting dan berpengaruh di Dunia Islam, menambahkan bahwa Tehran dan Jakarta bekerja sama dengan baik dalam Gerakan Non-Blok dan Organisasi Kerjasama Islam.
Sedangkan Sofyan Djalil menuturkan kata Islam menempel makna khusus bagi perdamaian, persahabatan dan moderasi dan bahwa Iran dan Indonesia dapat memainkan peran penting dalam menyajikan gambar yang nyata dari Islam ke seluruh dunia.
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran Ayatollah Seyed Ali Khamenei beranggapan adanya pertikayan antara Syiah dan Sunni diakibatkan oleh pihak ketiga yang sengaja memicu konfilk.
"Tangan yang menabur perselisihan antara Syiah dan Sunni yang terkait dengan layanan mata-mata dari musuh-musuh Islam," kata Pemimpin Tertinggi dalam pertemuan dengan sekelompok orang dan delegasi yang berpartisipasi dalam Konferensi Persatuan Islam di Teheran.
Ayatollah Khamenei, menyerukan kepada negara-negara Muslim untuk merapatkan barisan dan membina persatuan mereka. "Pembentukan hubungan persahabatan dengan Muslim dan negara-negara tetangga adalah dasar kebijakan luar negeri Iran," imbuhnya.