REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun terakhir perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha sering terjadi karena posisi bulan rendah di wilayah Indonesia, sedangkan kriteria awal bulan belum disepakati. Tahun 1435 H/2014 M awal Ramadhan dan Idul Adha akan berbeda karena adanya perbedaan kriteria Wujudul Hilal dan Imkan Rukyat.
Tahun depan diprakirakan sekali lagi akan terjadi perbedaan, yaitu Idul Adha 1436/2015. Setelah itu, perbedaan utama (antara kriteria WH dan Imkan Rukyat 2 derajat) tidak akan ada lagi karena posisi bulan sudah cukup tinggi pada hari rukyat.
Umat akan merasakan persatuan bukan karena kesepakatan kriteria, tetapi karena terbantu posisi bulan yang cukup tinggi. Kalau kriteria belum juga disepakati, potensi perbedaan awal Ramadhan akan terjadi lagi pada 1443/2022, potensi perbedaan Idul Fitri akan terjadi pada 1444/2023, dan potensi perbedaan Idul Adha akan terjadi lagi pada 1444/2023.
Waktu sekitar delapan tahun cukup untuk terus mengupayakan penyatuan kriteria sehingga kekhawatiran kembalinya perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha mulai 1443/2022 dapat dihindarkan. Kita menuju penyatuan kalender Hijriyah yang hakiki, bukan sekadar terbantu posisi bulan yang cukup tinggi.
Dengan menggunakan aplikasi Accurate Hijri Calculator (AHC) yang dikembangkan Abdul Ro’uf dari Fisika Universitas Brawijawa, kita bisa mengkaji kemungkinan perbedaan di masa depan kalau kriterianya tidak berubah, seperti saat ini. Berikut uraian rincinya.
Awal Ramadhan tujuh tahun ke depan tidak ada potensi perbedaan. Posisi bulan pada saat maghrib hari ijtimak/konjungsi masih di bawah ufuk terjadi pada tahun-tahun 1436/2015 dan 1439/2018. Posisi bulan pada saat maghrib hari ijtimak/konjungsi lebih lebih dari 2 derajat terjadi pada tahun-tahun 1437/2016, 1438/2017, 1440/2019, 1441/2020, dan 1442/2021.
Kalau kriteria masih seperti sekarang, potensi perbedaan baru akan terjadi lagi pada 1443/2022 karena posisi bulannya rendah. Garis tanggal awal Ramadhan 1443/2022 menurut kriteria Odeh, IR 2 derajat, dan WH ditunjukkan berikut ini:
Idul Fitri delapan tahun ke depan tidak ada potensi perbedaan. Posisi bulan pada saat maghrib hari ijtimak/konjungsi masih di bawah ufuk terjadi pada tahun-tahun 1437/2016 dan 1440/2019. Posisi bulan pada saat maghrib hari ijtimak/konjungsi lebih lebih dari 2 derajat terjadi pada tahun-tahun 1436/2015, 1438/2017, 1439/2018, 1441/2020, 1442/2021. dan 1443/2022.
Awal Syawal 1442/2021 merupakan saat terbaik untuk melakukan rukyat dengan kemungkinan keberhasilan yang tinggi (kalau cuaca cerah), karena posisi bulan yang memenuhi kriteria visibilitas Odeh yang bersifat optimistik.
Kemudian Idul Adha tujuh tahun ke depan tidak ada potensi perbedaan. Posisi bulan pada saat maghrib hari ijtimak/konjungsi masih di bawah ufuk terjadi pada tahun-tahun 1437/2016 dan 1439/2018. Posisi bulan pada saat maghrib hari ijtimak/konjungsi lebih lebih dari 2 derajat terjadi pada tahun-tahun 1438/2017, 1440/2019, 1441/2020, 1442/2021, dan 1443/2022.
Awal Dzulhijjah 1438/2017 merupakan saat terbaik untuk melakukan rukyat dengan kemungkinan keberhasilan yang tinggi (kalau cuaca cerah), karena posisi bulan yang memenuhi kriteria visibilitas Odeh yang bersifat optimistik.
Penulis: Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin
Sumber: Wordpress tdjamaluddin