Ahad 17 May 2015 16:31 WIB
Kontroversi Nada Membaca Alquran

'Ada yang Sengaja Pinggirkan Hal Berbau Islam atau Arab'

Rep: c23/ Red: Joko Sadewo
Membaca Alquran
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencuatnya bacaan Alquran dengan menggunakan langgam Jawa dianggap sebagai faktor kesengajaan untuk meminggirkan hal-hal yang berbau Arab.

Melihat adanya fenomena pembacaan Alquran dengan langgam Jawa, menurut Wakil Sekretariat Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnaen, karena ada faktor kesengajaan dalam proses tersebut. Tengku beranggapan semua nilai atau tradisi yang tidak identik dengan Indonesia akan dibuang.

Baca Juga

"Semua yang berbau non-Indonesia mau dibuang. Tapi sialnya, hanya khusus untuk Islam dan yang berbau Arab saja," kata Tengku Zulkarnaen pada Republika Online (ROL), Ahad (17/5).

Sayangnya, menurut dia, hal-hal yang tidak identik dengan Indonesia tapi berbau kebudayaan non Islam justru dipertahankan dan dipuja. Seperti kebudayaan Amerika, Cina, dan Korea, serta Eropa.

Dijelaskannya, kalaupun sekarang ada yang membaca Alquran dengan langgam di luar langgam Arab, itu bukan karena faktor kesengajaan. "Namun hal tersebut lebih karena orang itu tidak mampu dengan langgam Arab, bukan karna disengaja memakai langgam daerahnya," tuturnya.

Di luar membaca Alquran, kata Tengku, memang tidak dilarang menggunakan langgam di luar Arab. Misalnya membaca sholawat nabi, berdoa, adzan, dan lagu lagu qashidahan. "Itu sudah dilakukan dan terjadi percampuran budaya dalam hal tersebut bahkan di seluruh Indonesia," jelas Tengku. Namun, lanjutnya, jika yang dibaca adalah Alquran maka hal ini tidak bisa diterima.

Meskipun ada orang yang membaca Alquran dengan langgam di luar Arab, lanjut Tengku, lalu pelafalannya bagus, hal itu masih diterima. "Namun hal tersebut lebih karena orang itu tidak mampu dengan langgam Arab, bukan karna disengaja memakai langgam daerahnya," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement