REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Kecanduan game sudah mengkhawatirkan para guru dan masyarakat. Bahkan anak-anak cenderung merelakan waktu shalatnya hanya demi menyelesaikan permainannya.
‘’Bahkan anak-anak sudah kecanduan game yang menjadikan anak lupa tugas utamanya belajar. Yang menyedihkan waktu belajarnya tersedot untuk main game dan bahkan sampai membolos sekolah untuk main game,’’kata Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pusat Sulistyo, Senin (11/5).
Dia mengatakan, di satu sisi game mungkin ada nilai positif, ketika ada kreativitas, keberanian yang berkembang. Namun, di sisi lain berdampak negatif jika berdampak pada hilangnya rasa tanggung jawab, seperti tidak terlaksananya kewajiban, seperti waktu shalat.
Masalah lainnya yang berkaitan dengan internet, kata Sulistyo, banyak informasi yang belum waktunya, seperti seks yang diperoleh anak-anak melalui intenet.
‘’Di satu sisi pendidikan seks perlu, tetapi tidak bila tidak sejalan dengan usia menjadi persoalan sendiri. Sehingga anak menjadi dewasa sebelum waktunya.
Karena itu, ujarnya, harus mulai dipikirkan agar karakter yang ingin dibangun tidak diganggu oleh teknologi informasi yang di satu sisi menjadi kekuatan ekonomi, tetapi menjadi kendala dalam pendidikan karakter.
Kepala Bidang Perencanaan dan Standarisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY Soeroyo mengatakan, selama ini game hanya berisi hiburan. Seharusnya, edukasi disisipkan dalam game tetapi dalam jumlah yang proporsional, yakni jangan terlalu sedikit dan banyak.