REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Lembaga Takmir Masjid Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (LTM PWNU) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Menangkal Ideologi Radikal dengan Paham AhlussunnahWal Jamaah Ala Indonesia” di Mataram, NTB, Rabu (29/4) seperti dalam rilis yang diterima ROL. Seminar tersebut untuk menangkal ideologi radikal terutama yang dilatarbelakangi pemahaman agama.
Seminar dihadiri pembicara nasional Kaatib Amm PBNU Dr KH Malik Madani dan Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Dr KH M Cholil Nafis. Dalam paparannya, Malik Madani mengatakan munculnya gerakan-gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam adalah akibat kesalahan mereka dalam menafsirkan Alquran dan Alsunnah.
Menurutnya, sebenarnya niat mereka baik ingin mengamalkan Alquran dan Alhadits secara kaffah, namun mereka salah jalan. Akibat salah jalannya itu, tutur Malik madani, mereka berprilaku seperti orang-orang khawarij yang mengkafirkan orang-orang yang tidak segolongan. "Tidak hanya itu, mereka pun menghalalkan darah orang-orang yang merekakafirkan," ujarnya.
Karena itu untuk menangkal merebaknya ideologi ini, menurutnya, pemahaman terhadap Ahlusunnah Wal Jamaah yang genuine harus didakwahkan di tengah-tengah masyarakat. Karena ASWAJA yang asli adalah yang mengajarkan toleransi, keseimbangan, musyawarah, keadilan, dan persamaan derajat.
Selanjutnya, Cholil Nafis, pembicara nasional kedua, juga menegaskan bahwa gerakan radikalis teroris yang mengatasnamakan Islam adalah akibat tidak paham dengan istilah negara Islam. "Mereka menganggap Daulah Islamiyah kalau diberi nama Islam," ujarnya.
Menurut dia, Islam tidak menentukan model negara. Asal dalam negara itu ada kesatuan dan kemaslahatan bagi umat beragama adalah negara Islam. "Alquran mengatakan bahwa Islam adalah agama wasathi. yaitu menjadikan umat pilihan yg adil, dan pertengahan dari ekstrim kanan dan ekstrim kiri", paparnya.
Cholil Nafis menambahkan bahwa sebagai agama wasathi, nilai-nilai Islam senantiasa humanistik dan tasamuh (toleran). Karena itu, tegasnya, kalau ada gerakan Islam yang anti kemanusiaan dan memaksakan kehendak dengan kekerasan destruktif, jelas itu bukan gerakan Islam. Karena itu jangan diikuti.
Seminar ini juga diisi oleh narasumber lokal, yaitu dari danrem Wirasakti, Kepala Kanwil Departemen Agama NTB, dan ketua PWNU NTB. Dalam paparannya danremWirasakti mengingatkan bahwa pemahaman radikal yang mengatasnamakan agama sekarang ini sudah banyak merebak di tengah-tengah masyarakat dan kedepan akan membahayakan NKRI karena mereka menginginkan berdirinya negara Islam atau kekhifahan Islam serta mengingkari kesepakatan dg NKRI.
Karena itu menurutnya, semua pihak harus berperan aktif dalam mencegah merebaknya ideologi ini . Semenatara itu Kepala Kanwil Kementerian Agama NTB menyampaikan bahwa pesantren-pesantren yang berbasis budaya lokal telah terbukti mengajarkan Islam rahmatan lil alamin dan telah menjadi penopang berdiri tegaknya NKRI. Ia juga menegaskan, kemenag telah membuat regulasi agar pesantren tidak mengajarkan radikalisme agama karena itu pesantren yang diberi izin operasional adalah pesantren yang kurikulumnya tidak mengajarkan radikalisme.