REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bentuk perjuangan kaum muslimah dalam membela kemerdekaan Indonesia ternyata telah ada sejak dahulu kala.
"Ini terlihat dari banyaknya ulama perempuan yang ikut berjuang demi kemerdekaan Indonesia," ujar sejarawan Islam Tiar Anwar Bachtiar, Selasa (21/4).
Artinya, kata Tiar, bangsa Indonesia menjunjung tinggi hak-hak perempuan. Saat itu, perjuangan di kalangan pesantren tak hanya didominasi oleh para kiai.
Tersebutlah para ulama perempuan nan tegas yang disebut nyai. Jumlah nyai itu banyak sekali, terutama di pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama (NU).
Para nyai ini, terang Tiar, membimbing dan mendidik santri-santri perempuan. Mereka mengajarkan ilmu agama dan ilmu umum untuk kehidupan.
"Namun, sayangnya para nyai yang ikut berjuang membela bangsa ini tak pernah diperhitungkan perannya dalam sejarah Indonesia. Akibatnya sejarah perempuan Indonesia tak digambarkan secara utuh," cetus Tiar.
Ia mengklaim bahwa bangsa Indonesia sudah melakukan emansipasi luar biasa kepada perempuan sejak Islam menyebar di Indonesia pada abad ke-13 dan abad ke-14.
Sehingga Tiar dengan yakin mengatakan bahwa posisi perempuan yang tertindas dalam penggambaran RA Kartini di buku Habis Gelap Terbitlah Terang tidaklah benar seluruhnya.