REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati pendidikan dari Yayasan Perguruan Al Iman Zulkifli Anas mengatakan, antara pendidikan dengan Ketuhanan memiliki keterikatan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan. Sebab kata Zulkifli tujuan pendidikan sebenarnya adalah untuk mencari hal-hal yang dapat membuat umat tahu akan kebesaran Allah SWT.
“Pendidikan dan ketuhanan itu ada simbiosis, semua sektor ilmu punya keterkaitan dengan ketuhanan,” ujar Zulkifli saat melakukan diskusi dengan Dewan Redaksi Republika, Jumat (17/4).
Untuk itu, menurut Zulkifli, kurikulum harus menjadi corong untuk mengarahkan pendidikan Indonesia yang melekat dengan agama. Sebab, bila kurikulum sudah mengarahkan, sekolah dan guru-guru tinggal melaksankan secara teknis di lapangan.
Zulkifli menekankan, perlunya keseimbangan antara pendidikan dengan agama, agar kalangan intelektual Indonesia tidak keluar dari tujuan pendidikan yang sesungguhnya yaitu rahmatan lil alamin. Faktanya saat ini menurut Zulkifli, orang-orang berpendidikan di Indonesia justru yang banyak melakukan perbuatan menyimpang secara halus. Seperti contoh adalah tindakan korupsi.
“Korupsi kan dilakukan oleh orang yang berpendidikan. Dengan terencana, dan bahkan bisa sulit untuk dibongkar. Ini kan contoh dunia pendidikan yang melahirkan hal yang menyimpang,” ujar Zulkifli.
Dengan tidak memisahkan agama dengan pendidikan, Zulkifli meyakini dunia intelektual Indonesia akan dapat berpegang teguh kepada pengendalian diri kepada hal-hal yang benar.
Ia kemudian menjelaskan salah satu falsafah nabi yang menyerukan kepada umat manusia agar menuntut ilmu seluas-luasnya tanpa batasan. Bila memisahkan antara agama dengan pendidikan, pemerintah dinilai Zulkifli justru memperketat dunia pendidikan yang membuat pelajar Indonesia sulit berkembang.
“Dunia pendidikan itu tanpa batas. Ini namanya pemerintaah membatasi pendidikan, bagaimana siswa kita mau berkembang,” ungkapnya.
Febrian-C08