REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak yatim juga bisa jadi dokter. Semangat inilah yang diangkat oleh lembaga nirlaba Rumah Yatim melalui program 50 Dokter Yatim.
Direktur Utama Rumah Yatim, Nugroho B. Wismono, mengungkapkan program ini dibangun sebagai stimulus anak-anak yatim kalau biaya bukanlah satu-satunya yang penting falam meraih cita-cita mereka. "Yang penting kuatnya cita-cita dan kemauan mereka," kata Nugroho kepada ROL di Jakarta.
Program 50 Dokter Yatim dikembangkan sejak tahun 2013. Hingga saat ini sudah ada tujuh calon dokter yatim yang dibina oleh Rumah Yatim.
Ada dua cara bagi anak yatim yang ingin mengikuti program ini. Pertama adalah mereka yang tengah menempuh kuliah kedokteran namun terkendala biaya. Dan kedua adalah siswa-siswa yang bercita-cita kuat sebagai dokter dengan program pra dokter.
Program pra dokter dilakukan dengan menyeleksi ketat siswa SMA. Catatan akademis dari SD, SMP, dan SMA menjadi pertimbangan penting.
Siswa yang terpilih kemudian akan mendapatkan pembekalan khusus selama masa studi SMA. Menjelang ujian seleksi masuk kampus, mereka bahkan mendapatkan karantina khusus selama dua bulan. Tujuan tak lain untuk memastikan mereka mendapatkan yang terbaik.
"Camp selama dua bulan termasuk konseling supaya mereka ada persiapan dalam meraih cita-cita sebagai dokter," ujar Nugroho.
Tahun ini diperkirakan akan ada 20 lagi calon dokter Yatim. Dan ditargetkan hingga tiga tahun ke depan Rumah Yatim berhasil mencetak 50 dokter yatim.
"Ini menunjukkan eksistensi mereka, anak yatim tetap bisa optimis menjadi dokter, berkontribusi bagi bangsa. Sekaligus membesarkan hati adik-adiknya mereka bisa jadi dokter mereka bisa jadi siapa saja bahkan menjadi seorang B.J Habibie sekalipun," tambahnya.