Selasa 14 Apr 2015 22:21 WIB

Tangani Radikalisme, Peran Ulama Dibutuhkan

Rep: Debby Sutrisno/ Red: Agung Sasongko
KH. Hasyim Muzadi
Foto: Republika/Amin Madani
KH. Hasyim Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kegiatan pemberantasan teroris di Indonesia dirasa tidak begitu efektif. Pasalnya penindakan terorisme yang dilakukan satuan keamanan seperti TNI dan Polri hanya dilakukan di bagian hilir saja. Padahal pemberantasan teroris untuk jangka waktu panjang harus dimulai dari bagian hilir dan hulu.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi menuturkan, pergerakan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) bersama satuan pengamanan Indonesia belum memperlihatkan hasil positif. Salah satu penyebabnya karena pihak pemerintah belum mengefektifkan peran ulama dalam menangani masalah mindset radikalisme.

"Jangan hanya BNPT. Mereka harus dibantu dan harusnya melibatkan ormas Islam maupun ulama dalam meminimalisir radikalisme. Dengan kerja sama ini, maka penguatan Islam di Indonesia semakin baik diyakinkan bisa mengurangi aksi terorisme," ungkap Hasyim setelah acara Sinergitas Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme, Selasa (14/4).

Menurut Hasyim, pihak BNPT memang telah melakukan kordinasi dengan ormas maupun para ulama. Namun kegiatan tersebut tidak terlihta efektif. Artinya BNPT belum terlalu serius dalam melakukan kerja sama ini. Hasyim berharap agar BNPT bisa kembali serius dalam melibatkan ulama dan ormas Islam sehingga mereka mau bergerak untuk melakukan perubahan terhadap pergerakan terorisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement