REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Minimnya kegiatan positif yang bernuansa religius dan kemasyarakatan di kalangan pemuda rentan menyebabkan celah bagi tumbuhnya pemahaman radikal.
Merespon hal tersebut, Sekretariat Daerah Nahdliyin Nusantara (NAHNU) DKI Jakarta berupaya menjembatani dengan menggelar Pelatihan Tata Cara Merawat Jenazah dan Menjadi Imam Tahlil, Ahad (12/4) di Musholla Baiturrahimin, Jatinegara, Jakarta Timur.
"Anak muda itu harus semestinya punya kegiatan-kegiatan yang positif, seperti memakmurkan masjid dengan kegiatan yang positif. Sudah seharusnya bermasjid menjadi gaya hidup anak muda sekarang," tutur Ketua Umum Nahdliyyin Nusantara Miftahul Aziz.
Maraknya penyebaran faham radikalisme dan terorisme yang mengataskan agama Islam, ujarnya, menjadikan pemuda sebagai sasaran utamanya. Imbasnya, sebagian masyarakat malah khawatir dengan kegiatan kajian agama.
Namun, Aziz menjelaskan bahwa NAHNU merupakan organisasi yang senantiasa menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan syiar Islam rahmatan lil ‘alamin.
“NAHNU yakin, anak muda yang rajin tahlil dan rajin silaturrahim akan terlepas dari radikalisme dan terorisme," tegasnya.