REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) mengimbau umat Islam Indonesia tidak ikut berjibaku dalam konflik antara Arab Saudi dengan kelompok Houthi. Serta tidak mengaitkannya dengan sentimen konflik aliran Sunni dan Syi'ah.
"Dalam pembukaan UUD 1945 negara Indonesia harus ikut aktif dan terlibat dalam upaya perdamaian dunia. Karena itu atas nama apapun, dan konflik apapun, kita tidak membenarkan cara-cara perang untuk menyelesaikan masalah. Karena akan memakan korban kemanusiaan," kata Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid, Ahad (12/4).
Di sisi lain, GP Ansor sebagai bagian sayap muda NU dan bangsa Indonesia, sangat menghormati prinsip-prinsip demokrasi dan HAM.
Presiden Yaman Abedrabbuh Mansour Hadi yang digulingkan oleh kelompok Syi'ah Abdul Malek al Houthi, dinilai Nusron, adalah presiden yang dipilih secara demokratis. Karena itu, GP Ansor juga tidak membenarkan cara-cara kudeta dalam meraih kekuasaan.
Untuk itu, GP Ansor meminta agar konflik Arab Saudi dan Negara Teluk, kecuali Oman, dengan kelompok Syi'ah Houthi di Yaman.
Sebab antara Abedrabbuh Mansour al Hadi dan Abdul Malek al Houthi sesungguhnya adalah penganut Syi'ah Zaidiyyah. Jadi, konflik ini tidak ada kaitannya dengan sunni dan syi'ah.
"Masak tokoh-tokoh Islam Indonesia ditunggangi kedutaan negara lain, untuk mendukung aksi perang yang mereka lakukan. Kita umat Islam Indonesia jangan mau dipakai orang lain," tukasnya.
Sebelumnya, sejumlah ulama menyambangi kediaman Duta Besar Arab Saudi. Kehadiran para ulama ini untuk menyatakan dukungan terhadap pemerintah Arab Saudi yang memimpin operasi Decisive Storm terhadap pemberontak Syiah Houthi di Yaman.