REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ulama dan pendakwah Indonesia-Malaysia mengesahkan resolusi bersama untuk menangani gejala ekstremisme. Upaya tersebut dilakukan untuk menangkal persepsi yang salah mengenai Islam dan meluasnya ekstremisme.
Melalui keteranga tertulis yang diterima ROL Kamis (9/4), Yayasan Dakwah Islamiyah Malaysia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia menggelar diskusi dan pembentukan resolusi bersama para ulama dan pendakwah di Indonesia. Acara yang diselenggarakan di Jakarta tersebut menelurkan tujuh poin resolusi.
Salah satu poin esolusi menyatakan pentingnya membina kesepakatan bersama di kalangan para ulama kedua negara, untuk menangkal gejala ekstremisme. Resolusi Muzakarah atau resolusi yang dimaksudkan untuk saling mengingatkan dalam kebenaran tesebut, juga memutuskan pembentukan sekretariat khusus untuk menindak lanjuti resolusi yang telah disepakati.
Second Secretary Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia Azwiralbukhairi AB Aziz mengatakan, acara tersebut dihadiri pewakilan dari Malaysia dan Indonesia. Dari Indonesia menurutnya hadir wakil dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan lainnya.
"Resolusi telah didiskusikan oleh ulama kedua negara," kata Azwiral melalui pesan singkatnya pada Republika.
Dalam acara tersebut turut hadir Wakil Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin. Ia menyampaikan pentingnya moderasi untuk menghindarkan diri dari ekstremisme.
Seperti dikutip dari kantor berita Bernama, Muhyiddin mengatakan, prinsip moderasi pada dasarnya berasal dari Allah. Dalam Alquran menurutnya Muslim digambarkan sebagai makhluk istimewa dan Islam menentang segala jenis ekstremisme.
"Unsur ekstremis setidaknya ada dua bentuk, aliran yang menganggap Islam terlalu longgar dan kehilangan orisinalitas serta identitasnya, serta aliran yang memahami Islam sebagai sesuatu yang kaku dan pengikutya tampak kasar dan kuno," katanya saat membuka Konferensi Ulama dan Dai Malaysia-Indonesia di Jakarta.
Padahal menurutnya Islam tak pernah mempromosikan atau mendukung segala bentuk kekerasan atau terorisme. Islam merupakan agama damai dan membawa kemakmuran bagi manusia.
Untuk itu menurut Muhyiddin, umat Muslim di Malaysia dan Indonesia harus kuat memegang prinsip-prinsip moderasi. Ia mengatakan, prinsip-prinsip moderasi tak memungkinkan ekstremisme, kekerasan atau hal lain yang mengakibatkan penyimpangan atas nama agama.
"Saya percaya ideologi dan praktek pada prinsip-prinsip moderasi harus menyebar ke seluruh umat. Para ulama dan dai di wilayah Nusantara memiliki peran untuk memastikan umat Islam tak jatuh dalam perangkap ekstremisme," ungkapnya.