REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Banyak masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia memutuskan bergabung dengan kelompok radikal seperti ISIS karena ada beberapa faktor penyebab.
"Kemungkinan banyak dari orang Indonesia masuk ISIS untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik," kata pengamat Politik Timur Tengah dari Universitas Indonesia Smith Alhadad, Selasa (24/3).
Menurut Smith, tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia semakin menurun sekarang. Hal ini berakibat orang berbondong-bondong pergi ke negara Timur Tengah yang dianggap negara kaya.
Menurutnya, kesalahan pandangan ini yang mendorong mereka bergabung dengan ISIS untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik. Hal ini dilihatnya dari kasus WNI yang baru tertangkap.
Indikasinya, mereka membawa anak istri untuk turut bergabung. Jika memang tujuan utamanya jihad, ujar Smith, mereka tidak akan membawa perempuan dan anak yang masih sangat kecil.
Faktor kedua, adalah propaganda yang menyerang generasi muda lewat internet. Dijelaskannya anak muda sekarang lebih mengandalkan internet untuk mendapatkan informasi yang sangat luas.
"Mereka yang mencari informasi lewat internet sangat rentan terhadap pengaruh ISIS terutama kaum muda," ujarnya.
Ia mengatakan anak muda yang sudah semakin sedikit melihat informasi lewat media cetak atau buku-buku pelajaran. Mereka memilih mendapatkan informasi lewat internet yang dinilai ISIS sebagai kesempatan merekrut anggota lewat penyebaran video jihad dan pemahaman sesat mereka.
Lalu, dorongan dari organisasi masyarakat Islam yang salah mengarahkan pengikutnya untuk mendukung gerakan jihad Alkaidah dan ISIS.
"Faktor dorongan dari ormas yang menyerukan untuk mengikuti kelompok Alkaidah dan mendukung jihad ISIS di Suriah dan Irak, juga tempat-tempat lain," kata Smith.
Namun, Smith mengaku diuntungkan dengan kondisi di Indonesia yang masih banyak ulama besar berwibawa. Sehingga bisa menekan perkembangan radikalisasi Islam dengan fatwa-fatwa yang masih diperhitungkan.