Ahad 15 Mar 2015 04:58 WIB

Abu Nawas, Penyair atau Pelawak? (1)

Rep: c 24/ Red: Indah Wulandari
Abu Nawas dan Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).
Foto: d-scene.blogspot.com
Abu Nawas dan Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,Dalam literatur Melayu dan Indonesia nama Abu Nawas (Abu Nuwas) dikenal sebagai tokoh lucu yang cerdik. Asumsi masyarakat pun jadi terpengaruh. Demikian besar pengaruhnya, sehingga baru namanya saja disebut, orang sudah mau tertawa. 

Begitu juga jika terjadi suatu peristiwa yang tidak masuk akal, karena kebodohan atau karena kepintaranya. Orang lalu mengaitkanya kepada Abu Nawas, kadang dalam arti pujian, kadang dalam arti cemoohan. Karena masih terpengaruh oleh stigma tokoh yang lucu dan cerdik, lalu orang-orang berkata: Dasar Abu Nawas!

Ada yang menilai tokoh ini jenaka dan ada yang menilai Abu Nawas sebagai penyair. Dalam literatur berbahasa Arab dan beberapa berbahasa Barat, baik dalam penulisan sejarah sastra Arab atau biografi, orang itu hanya dikenal dengan satu sebutan. Sebagai penyair besar dengan gaya yang khas. Encyclopedia Britannica menyebutkan Abu Nawas adalah penyair Arab terbesar pada masanya (sub verbo Abu Nawas, 1968). 

Maka, timbul pertanyaan, dari mana datangnya predikat Abunawas yang pelawak itu? Predikat itu timbul sekitar 5-6 abad yang lalu. Ada dugaan, mungkin berasal dari Turki, India dan Persia. Sedang di tempat asalnya Irak, predikat sebagai pelawak tidak dikenal. Sebaliknya, dalam literatur Arab, tokoh legenda yang jenaka, cerdik sekaligus bodoh yang mirim-mirip si Kabayan, dikenal sebagai nama Juha.  

Mungkinkah perbedaan sebutan itu karena pengaruh semantik bahasa? Sajak-sajak penyair ini dalam kritik-kritik sastra digolongkan kedalam apa yang disebut sastra mujun. Dalam kamus-kamus bahasa Arab bilingual kata mujun pada umumnya diartikan jenaka atau lawak, senda gurau atau tebal muka.    

Sedangkan dalam kamus-kamus besar seperti Lisan'l 'Arab kata mujun  berarti serba tak acuh terhadap apa yang diperbuatnya. Mungkinkan karena pengaruh semantik ini Abu Nawas dipersepsikan secara berbeda?  

Ternyata, nama lengkap Abu Nawas al-Hasan Ibn Hani al-Hakami, lahir di Ahwaz, Persia sekitar tahun 140 Hijri (757 M) dari seorang ibu Persia. Ayahnya dari Damsyik, seorang prajurit Suriah.

Dalam sejarah sastra ia dinilai sebagai penyair besar pada zamanya, jeniu, tapi sinis, serba tak acuh. Di masa mudanya dia dikenal sebagai penyair mabuk. Ia seringkali acuh dan kurang menghargai nilai-nilai moral dan agama. 

Di masa mudanya dia beranggapan hidup itu kesenangan semata, musik, minuman keras, mabuk. "Kalau hidup demikian tak ada, maka selamat tinggallah dunia. Antologinya yang besar banyak dibicarakan orang, dan al-Khamriyat yang berarti puisi-puisi minuman keras, khas bagi Abu Nawas, melukiskan arti dan kedudukan anggur, mabuk, bercumbu rayuan birahi dan segala hidup di luar ukuran moral dan agama. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement