Ahad 08 Mar 2015 23:40 WIB

Ulama Sumber Ilmu, Teknologi Hanya Sarana

Rep: c24/ Red: Agung Sasongko
Ketua MUI Din syamsuddin (tengah) berbicara dalam konfrensi pers di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI),Jakarta, Kamis (8/1).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ketua MUI Din syamsuddin (tengah) berbicara dalam konfrensi pers di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI),Jakarta, Kamis (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sekretaris Bidang Dakwah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Ahmad Yani mengatakan, dakwah di era digital mampu menjangkau khalayak lebih luas.  "Orang bisa belajar agama Islam lewat facebook, twitter, bisa lewat chating aplikasi android dan seterusnya, tapi sumber ilmu tetaplah ulama," ujar dia kepada ROL, Ahad (8/3).

Yani mengungkap tingkat kehadiran seseorang dalam suatu majelis keagamaan juga tidak kalah pentingnya. Ini karena, mempelajari agama Islam tidak selamanya bisa dipelajari sendiri. Namun, membutuhkan ahlinya secara langsung. Apalagi saat menghadapi persoalan yang rumit.

"Jadi selain membaca melalui apliksi media sosial tersebut, komunikasi langsung juga sangat penting, keduanya saling melengkapi," ucap dia.

Yani menjelaskan tidak semua persoalan, apalagi menyangkut masalah hukum bisa dijawab melalui pesan singkat, whatsapp, dan sebagainya. Dalam beberapa permasalahan misalnya, dalam persoalan hukum Islam harus berinteraksi secara langsung. Karena bahasa tulisan itu ada kekuranganya, selain ada kelebihanya.

"Jika mendapat informasi seharunya dicek terlebih dahulu. Masyarakat harus bertanya tentang kebenaran informasi tersebut kepada orang yang paling mumpuni. Jika informasi tersebut benar dan baik maka silahkan disebarluaskan. Tapi jika tidak maka abaikan saja," papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement