REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Terabaikannya mualaf sebagai penerima zakat disinyalir karena lembaga amil zakat belum memposisikan mualaf sebagai pihak utama yang perlu diberdayakan.
“Prioritas utama kita itu kemiskinan,” ungkap Direktur Indonesia Magnificent Zakat (IMZ) Nana Mintarti, Rabu (25/2).
Jadi, perhitungan utama dalam memberdayakan suatu pihak dilihat dari ekonominya. Maka, selayaknya alokasi zakat mualaf disamakan dengan fakir dan miskin.
Menurut Nana, intinya, lembaga amil zakat seperti Dompet Dhuafa (DD) merupakan lembaga yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat. Jadi, DD memberikan bantuan dari banyak hal seperti pembentukan akhlak dan keimanan, sosial, pendidikan dan kesehatan.
Salah satu prioritas utama DD, dia menambahkan, yakni membantu masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan, baik mereka mualaf atau tidak.
Meski mualaf tidak menjadi prioritas utama, Nana menegaskan, para mualaf bisa meminta bantuan kepada DD. Menurutnya, ada dua cara memperoleh bantuan dari DD.
Pertama, para mualaf yang kekurangan ekonomi mendatangi langsung DD. Kedua, DD bergerak aktif untuk memberikan bantuan. Menurutnya, cara kedua ini biasanya dilakukan pada saat dakwah ke daerah pedalaman.
Terkait pemberdayaan iman, Nana mengaku Dompet Dhuafa memiliki korps yang menanganinya. Dia menyebutkan korps yang dimaksud, yakni Korps Dakwah.
Nana juga teringat bahwa DD juga pernah berkontribusi dalam membangun wisma mualaf. Menurutnya, DD pernah memberikan bantuan terhadap pembangunan wisma yang dikelola oleh lembaga lain.
Dia menegaskan, pembangunan itu termasuk program DD yang dilakukan pada 2005 lalu.