Ahad 22 Feb 2015 17:58 WIB

Akidah Fondasi Bangsa Indonesia Hadapi Globalisasi

Rep: Andi Nuroni/ Red: Agung Sasongko
Kajian keagamaan merupakan salah satu cara membentengi akidah umat (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kajian keagamaan merupakan salah satu cara membentengi akidah umat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Akidah merupakan fondasi utama Bangsa Indonesia menghadapi era globalisasi. Akidah, terutama sangat penting bagi kaum muda, sebagai golongan yang rentan tergoda oleh bujuk rayu ideologi dan gaya hidup yang merugikan.

Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf saat membuka Diklat Kader Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Surabaya, Sabtu (21/2).

“Dengan akidah hidup seseorang tidak akan mudah terombang-ambing oleh keadaan. Disamping itu akidah ibarat kompas dalam hidup kita yang mampu menunjukkan arah yang benar saat kita kebingungan,” ujar Gus Ipul, sapaan lekat Wagub Jatim.

Gus Ipul mengungkap data dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), hampir 800 orang bunuh diri setiap tahun. Kecenderungan tersebut, menurut Saifullah bahkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dari 800 orang tersebut, menurut dia, di antaranya justru banyak orang kaya, pandai, dan dari keturunan orang berada.

“Baru-baru ini aktor luar negeri yang sangat terkenal Robin Williams juga ditemukan tewas bunuh diri. Itulah pentingnya akidah atau iman agar kita tidak mudah putus asa,” ujar dia.

Selain akidah atau iman, menurut Saifullah, ilmu juga menjadi bagian penting dalam menghadapi era globalisasi. Karena iman tanpa diimbangi dengan ilmu, menurut dia, maka tidak akan ada gunanya, dan ilmu juga untuk mengasah kecerdasan. Ia menegaskan, jika iman mengasah hati setiap orang maka ilmu lah yang menyempurnakannya dengan memaksimalkan fungsi kerja otak.

Yang terakhir, menurut Saifullah, untuk menjadi pemenang di era globlisasi dibutuhkan ketrampilan. Di negara-negara maju 70 persen mayoritas pendidikan mengedepankan ketrampilan, sesuai dengan bakat yang didmiliki masing-masing anak. Hal itu terbukti berhasil karena setiap anak sangat menikmati proses belajar yang berlangsung, dan proses belajar mengajar pun menjadi menyenangkan.

“Di Indonesia proses belajar masih mengedepankan ilmu sains, karenanya secara bertahap kita perlu merubah dengan memperbanyak penerapan ilmu atau ketrampilan,” kata Saifullah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement