REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sejumlah muslimat yang tergabung dalam organisasi masyarakat Perempuan Bangsa bergotong royong membersihkan vihara menjelang perayaan Imlek yang jatuh pada 19 Februari 2015.
"Kegiatan ini bertujuan membantu masyarakat tanpa membedakan suku, agama, maupun golongan tertentu. Membantu saudara kita yang merayakan Imlek merupakan wujud toleransi dan kerukunan antarumat beragama," ujar Sekjen Perempuan Bangsa Luluk Nur Hamida di Jakarta, Rabu (18/2).
Kegiatan tersebut satu dari rangkaian Interfaith Week Days dengan tema "Indahnya Cinta Kasih dalam Perbedaan". Interfaith Week Days tidak hanya terbatas bagi kaum Muslim saja, juga umat agama lain.
Luluk menjelaskan kegiatan tersebut juga meneruskan tradisi yang digagas mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pada suatu ketika, Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Di lain sisi, Gus Dur semasa menjabat sebagai Presiden telah banyak melakukan perubahan bagi bangsa Indonesia, dengan berbagai kebijakan yang telah ia keluarkan sebagai seorang Presiden.
"Jabatan sebagai Presiden benar-benar dimaksimalkan oleh Gus Dur dalam keberpihakannya terhadap rakyat," kata dia.
Salah satu kebijakannya yang hingga kini bisa dirasakan segenap anak negeri adalah ketika ia mencabut Instruksi Presiden Republik Indonesia 14/1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Tionghoa dengan menandatangani Kepres Nomor 6/2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden No 14 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan dan adat-istiadat Tionghoa.
Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat DPP Perempuan Bangsa, Grety Tielman Iskandar, mengatakan selain turut membantu membersihkan Vihara, kegiatan juga diisi dengan kegiatan lainnya, yaitu penyerahan pohon sebagai simbol harapan hidup bersama yang lebih baik dan kegiatan makanan vegetarian bersama.
Grety juga menambahkan sosok Gus Dur dikenang pada saat Imlek. Berkat Gus Dur, Imlek menjadi hari libur nasional.
Grety menjelaskan Perempuan Bangsa merupakan organisasi perempuan yang bersifat sosial politik dan pemberdayaan masyarakat, yang dijiwai dan disemangati oleh prinsip-prinsip kebhinekaan,cinta kasih, toleransi, anti diskriminasi dan anti kekerasan, serta mengembangkan sikap persahabatan dan kerja sama, tanpa membedakan agama, suku, keyakinan, kelas sosial, dan gender.
"Salah satu wujud refleksi organisasi ini adalah gerakan kemanusiaan yang kita tunjukkan melalui kegiatan Bakti Sosial ini," terang Grety.