REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Mataram TGH Muhtar meminta warga Kota Mataram dengan penduduk yang heterogen harus mampu menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan, serta jangan mudah terprovokasi dengan berbagai isu yang mengarah ke perpecahan antarumat.
"Upaya-upaya sosialisasi dan imbauanpun terus kami sampaikan melalui berbagai ruang publik, terutama di tempat-tempat ibadah umat Muslim," katanya.
Begitu juga dengan upaya-upaya antisipasi yang dilakukan pemerintah kota melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Mataram dengan melibatkan forum kewaspadaan dini masyarakat (FKDM) yang beranggotan sekitar 500 orang tersebar pada 50 kelurahan di ibu kota provinsi ini.
Anggota FKDM ini merupakan ujung tombak pemerintah kota dalam melakukan deteksi dini terhadap indikasi adanya gejolak atau reaksi masyarakat yang akan timbul di tengah masyarakat. "Anggota FKDM seperti `spionase` yang terus melakukan pengawasan dan pemantauan kondisi ketertiban masyarakat," katanya.
Sebelumnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Mataram mengimbau warga di daerah itu tidak terpengaruh isu mengenai suku, agama, ras dan antargolongan atau SARA setelah penemuan buku-buku yang mencela Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT.
"Alhamdulillah buku-buku itu sudah diamankan dan tidak meluas ke masyarakat. Untuk itu, mari kita merapatkan barisan untuk terus menjaga kesatuan dan persatuan antarumat agar Kota Mataram bisa tetap aman dan kondusif," katanya di Mataram, Selasa.