REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata. Umat Islam Indonesia mesti siap dengan segala konsekuensi MEA yang antara lain mengusung keterbukaan pasar.
“Mau tidak mau, umat Islam Indonesia mesti siap. Sebab, MEA sudah disepakati bersama dengan negara-negara kawasan regional,” kata Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Didin Hafiuddin, saat dihubungi, Selasa (2/12), di Jakarta.
Menurut Kiai Didin, umat Islam bisa meningkatkan daya saing regionalnya dengan jalan penguatan dua sektor, yakni sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan. Penguatan SDM, bisa dilakukan antara lain melalui pendidikan, pelatihan teknis, dan terutama peningkatan kemampuan berkomunikasi.
Sebab, Kiai Didin menilai, kendala terberat terletak pada persoalan penguasaan bahasa asing. Walaupun SDM umat Islam Indonesia terampil seerta mutu produknya tidak kalah dengan negara lain, masalah komunikasi kerap jadi penghambat ekspansi kemajuan ekonomi Indonesia di kawasan Asia Tenggara “Ini yang mesti kita perhatikan,” ungkap Didin.
Kiai Didin melanjutkan, penguatan kelembagaan dalam menghadapi MEA tidak seurgen penguatan SDM dalam hal penguasaan bahasa asing. Sebab, lembaga-lembaga milik umat Islam Indonesia telah memenuhi standar kelayakan di pasar regional. Sehingga, kualitas dan kapasitas lembaga tersebut tidak dapat diremehkan.
Misalnya, kata Didin, institusi perbankan syariah dan universitas Islam di Indonesia. Demikian pula, lembaga pengelola zakat dan dana kemaslahatan umat. Indonesia justru menjadi acuan standar. “Indonesia tidak kalah dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara,” tegas Didin.