Kamis 30 Oct 2014 19:36 WIB

Mualaf Australia Ini Menemukan Keindahan dalam Islam

Rep: cr02/ Red: Chairul Akhmad
 Muslimah mualaf (ilustrasi).
Foto: Reuters/Olivia Harris/ca
Muslimah mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE – Mualaf Australia Aisha mengatakan, dirinya menemukan kedamaian dan keindahan di dalam agama Islam. Pengalaman itulah yang membuatnya memutuskan untuk manjadi seorang Muslimah.

Sewaktu kecil, Aisha selalu mencari tahu mengenai filsafat dan pengetahuan serta inti dari kehidupan di dunia. Ia selalu menganalisis hal sekecil apa pun yang terjadi di dunia ini.

Aisha memulai petualangan hidupnya di Gereja Katolik saat berusia 15 tahun. Namun, setelah menyelesaikan kuliahnya, ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Nepal dan India di mana ia menemukan sisi kemanusiaan yang belum pernah ditemukannya saat tinggal di Australia.

Ia mengungkapkan bahwa kehidupan di antara alam dan jauh dari peradaban modern lebih indah dan bahagia. Pengalaman yang dijalaninya itu mengubah hidupnya secara drastis dan ia menyadari bahwa di mana pun dan memiliki kekuasaan apa pun, manusia tetap sama. “Inilah yang dinamakan dengan kesetaraan antara manusia,” ujarnya.

Aisha kemudian kembali ke Meulbourne dan mendaftar menjadi pekerja sosial. Ia bekerja dengan orang yang didiskriminasikan oleh kekuasaan dan tidak memiliki suara untuk berbicara bebas. Ia menemukan pengalaman yang sangat berharga dari pekerjaan tersebut. Kemudian ia memutuskan untuk bekerja dengan orang Arab di Melbourne dan memiliki banyak teman Muslim.

Selesai bekerja selama empat tahun, ia kembali melakukan perjalanannya berkeliling ke Timur Tengah untuk mengetahui kehidupan di sana. Selama enam bulan di Timur Tengah, ia pun berkeinginan untuk mempelajari Islam. Hingga pada akhirnya ia berhijrah dan memeluk agama Allah setelah menuntaskan perjalanannya.

Tepat pada tahun 2009, Aisha merasakan hal terindah dalam hidupnya setelah memutuskan untuk menjadi mualaf. Hal yang menarik yang ia temukan di dalam Islam yaitu kesetaraan antara manusia dan tidak ada perbedaan di antara sesama.

“Saya merasa dekat dengan Allah dan dapat melihat dunia dengan sebenarnya. Dan hal yang sering kudapatkan benar-benar menjadi masuk akal,” katanya seperti dikutip OnIslam.net.

Aisha mengaku sangat bangga menjadi seorang Muslimah. Namun, ia juga tak menampik bahwa pengalaman pertama menjadi seorang Muslimah tidaklah mudah, mengingat lingkungan di Melbourne.

Ia merasa sedih kala Ramadhan tiba, di mana orang tua dan teman-temannya merasa sangat jauh darinya. Tapi ia tak putus asa dan tetap berdoa meminta petunjuk kepada Allah agar selalu membimbingnya.

Kini, semua hal telah berubah dan ia mendapatkan tempat di antara keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement