Rabu 29 Oct 2014 17:21 WIB

KH Isa Anshary, Pejuang Islam Penentang Sekularisme (1)

KH Isa Anshary.
Foto: Ruangjuang.files./ca
KH Isa Anshary.

Oleh: Amri Amrullah

Lahir di Maninjau, Agam, Sumatra Barat, 1 Juli 1916, Muhammad Isa Anshary memiliki kontribusi besar dalam memajukan dan membawa Persatuan Islam (Persis), satu dari sekian organisasi massa Islam terbesar di Tanah Air, ke kancah nasional.

Sejak kecil dikenal sebagai pribadi dengan jiwa petualang dan lekat dengan pendidikan agama. Ia besar di lingkungan yang agamais. Menginjak usia 16 tahun, setelah menyelesaikan madrasah Islam, ia kemudian merantau ke Kota Bandung untuk mengenyam pendidikan lebih dalam.

Dalam usia belia, ia sudah terlibat aktif dalam organisasi pergerakan Islam. Ia tercatat pernah aktif di Muhammadiyah, Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia, dan Indonesia Berparlemen.

Di Bandung inilah semangat pergerakannya kembali ia kembangkan dengan bergabung dengan Persis. Dari jam'iyyah (organisasi) ini, kemudian kiprah Muhammad Isa Anshory muncul di kancah nasional.

Pada 1940, Kiai Isa, begitu akrab disapa, dilantik sebagai anggota hoofbestuur atau pimpinan pusat. Ia banyak menorehkan torehan penting dalam sejarah perjalanan Persis. Di antaranya, melakukan reorganisasi. Sejak masa pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan, Persis sempat mengalami masa-masa vakum.

Pascakemerdekaan Indonesia merupakan masa-masa terpenting bagi revitalisasi Persis, kembali kepada prinsip Alquran dan sunah. Gaya kepemimpinan dan kepakarannya di bidang agama menempatkan sosok Kiai Isa sebagai pemimpin yang brilian.

Keberhasilannya mereorganisasi Persis membuatnya terpilih menjadi ketua umum Pimpinan Pusat Persis dalam beberapa periode kemudian pada 1953 hingga 1960. Ia sukses menggantikan para pendahulunya, seperti KH Zamzam, KH Muhammad Yunus, Ahmad Hassan, dan Mohammad Natsir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement