REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Majelis Ulama Irak Syekh Khaled al-Mulla mengatakan, radikalisme telah menjadi tantangan besar bagi dunia Islam di negara manapun.
Dalam dialog publik mengenai radikalisme dan tantangan perdamaian di Jakarta, Syekh Khaled menilai bahwa radikalisme yang kini beredar luas di seluruh dunia sangat berbahaya.
Banyak dari mereka yang telah menghasut para generasi muda untuk melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Menurutnya, banyak pula kini terjadi peperangan anta sesama kaum Muslim yang saling berbeda pandangan.
Syekh Mulla menjelaskan, penyebab utama radikalisme berasal dari permasalahan internal. Kebodohan dan pandangan yang terlalu sempit menjadi celah bagi kaum radikal untuk melebarkan sayapnya di seluruh dunia.
"Masyarakat terlalu mudah untuk dipengaruhi bila mereka kurang memahami permasalahan yang terjadi, kita harus membantu mereka sekaligus memerangi radikalisme," kata Syekh Mulla di Jakarta, Rabu (29/10).
Menurut Syekh Mulla, pendidikan yang lebih mendalam mengenai ajaran agama Islam perlu ditingkatkan. Selain itu, para ulama juga harus lebih mengajarkan mengenai keindahan Islam serta menyampaikan kesejukan dalam setiap ceramah kepada umat sesuai dengan ajaran agama Islam.
Syekh Khaled sangat berharap para ulama melalui khotbah Jumat seperti di Maroko, memberikan cerita yang bertema menyejukan umatnya dan tidak menghasut dengan cerita-cerita yang dinilai masuk dalam kategori radikalisme.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Kementerian Wakaf Syi'i, Sayyed Saleh Mohammed Saleh Al-Haideri. Sayyed Saleh menjelaskan, mereka didoktrin melalui acara-acara keagamaan. Ia berharap, para orang tua di negara manapun harus lebih cerdas dalam menerima informasi apa pun.
"Pemahaman radikalisme yang ditelan secara bulat-bulat oleh masyarakat biasa sangat berbahaya dan dapat meningkatkan terorisme di seluruh dunia," ujar Sayyed.