Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti
Dunia pendidikan Indonesia seperti tak sepi dari masalah. Masalah kurikulum, ujian nasional, kesejahteraan guru, tawuran pelajar, hingga bullying terus menghiasi wajah pendidikan nasional. Bullying atau kekerasan pun tak lagi secara verbal, namun sudah terjadi kekerasan fisik hingga seksual kepada anak didik.
Kita lantas mencari tahu model pendidikan seperti apa yang bisa menjadi alternatif? Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Darus Sunnah International Institute For Hadith Sciences KH Ali Mustafa Yaqub, model pendidikan Islam adalah yang paling bagus. Namun, sejatinya yang disebut pendidikan Islam adalah yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.
Nabi SAW dalam mendidik umatnya selalu mengintegrasikan antara kecerdasan moral dan kecerdasan intelektual.
“Dalam pendidikan Islam diharapkan kedua kecerdasan, baik intelektual maupun moral, dapat berjalan bersamasama seperti Rasul ajarkan,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal ini. Para sahabat ketika itu selalu belajar pada Rasulullah SAW dengan ilmu dan amal sekaligus.
Mereka belajar tentang 10 ayat Alquran dan tidak akan pindah ke ayat lain sebelum memahami kandungan ayat-ayat tersebut serta mengamalkan isinya. Sehingga, generasi hasil dari proses pembelajaran di masa Rasulullah adalah generasi yang cerdas moral dan intelektualnya.
Berbeda saat ini di Indonesia, hampir sebagian besar sekolah lebih mendahulukan kecerdasan intelektual dibandingkan kecerdasan moral. Kiai Mustofa mencontohkan, ketika azan berkumandangkan, masih ada sekolah yang tidak memberhentikan jam pelajarannya untuk shalat berjamaah.
Ini memperlihatkan hal-hal spiritual masih dianggap kurang penting dibandingkan intelektual mereka. Sehingga, tidak heran ketika kecerdasan emosional anak didik saat ini sangat rendah.
“Kita tak hanya melihat pendidikan anak-anak yang sulit diatur atau terlibat kenakalan yang terjadi sekarang, tetapi juga memperhatikan pendidikan orang tua mereka saat mereka masih kecil dulunya,” ujar dia.