REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebaran Islam di bumi Jawa Barat tak bisa dilepaskan dari peran Syekh Syarif Hidayatullah. Salah satu Wali Songo yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati itupun meninggalkan banyak jejak penyebaran Islam, salah satunya adalah Mesjid Agung Sang Cipta Rasa.
Di masjid yang merupakan masjid tertua di Jawa Barat itu, Sunan Gunung Jati mewariskan banyak tradisi yang terus terpelihara sejak kini. Seperti misalnya, tradisi tahlilan yang diselenggarakan setiap malam Jumat. Selain itu, adapula kegiatan marhabanan.
Di Mesjid Sang Cipta Rasa ini juga selalu dikumandangkan adzan pitu setiap Shalat Jumat. Adzan itu dikumandangkan oleh tujuh orang muadzin secara bersamaan. Tradisi tersebut, hanya berlaku di masjid ini. Tidak ada masjid lain di Indonesia bahkan di dunia yang memiliki tradisi seperti ini.
Kumandang adzan pitu itu bermula dari adanya wabah yang terjadi dan susah dihilangkan pada masa Sunan Gunung Jati. Wabah itu akhirnya bisa hilang setelah dikumandangkan adzan pitu. Tradisi adzan pitu ini dilombakan saat haul Sunan Gunung Jati ke-461 pada 7 Oktober 2014 lalu. Pesertanya, berasal dari Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan).
Tak hanya adzan pitu, tradisi lain yang terus terpelihara sejak zaman Sunan Gunung Jati adalah pelaksanaan khutbah Jumat yang menggunakan bahasa Arab. Hal itu berlaku baik pada khutbah pertama maupun kedua.
Khusus pada bulan suci Ramadhan, di Mesjid Agung Sang Cipta Rasa juga diadakan tadarus Alquran. Selama Ramadhan, tadarus Alquran mengalami tiga kali khataman. Tradisi dlugdag juga berlangsung selama bulan Ramadhan. Tradisi penabuhan bedug itu dimaksudkan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat mengenai datangnya puasa.
Sunan Gunung Jati juga memberikan banyak wasiat. Salah satunya, Ingsun titip tajug lan fakir miskin (saya titip mushola/masjid dan fakir miskin). Dengan adanya wasiat itu, umat Islam diminta untuk selalau menjaga kemakmuran masjid/mushola dan menyantuni fakir miskin.
Wasiat itu seperti yang selama ini dijalankan keluarga keraton sebagai keuturnan Sunan Gunung Jati. Keluarga keraton selalu membagikan 'sesuatu' (sembako) pada fakir miskin.
Penulis:
KH Drs Abdul Latief
Imam Rowatib Masjid Agung Sang Cipta Rasa