Kamis 09 Oct 2014 12:38 WIB

Seni Tari Bernapaskan Islam di Tanah Air Mulai Punah

Rep: Syahrudin El Fikri/ Red: Maman Sudiaman
Kesenian madihin
Foto: Antara
Kesenian madihin

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia kaya dengan kesenian khususnya seni tari bernafaskan Islam. Sayangnya, menurut peneliti Lektur Keagamaan Kemenag, Dr Fakhriati MA, sejumlah kesenian seperti tari ranup Lampuan dan Tari Rabbani Wahed, saat ini sudah hampir punah.

“Untuk kepentingan melestarikan itulah, kami dari Lektur Keagamaan Kemenag melakukan penelitian sejumlah kesenian keagamaan di seluruh wilayah nusantara, termasuk di wilayah Aceh,” ujarnya doktor Filologi ini, Kamis (9/10).

Tak hanya di Aceh, di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi, Papua, dan Jawa, juga banyak kesenian tradisional yang sarat dengan tradisi keagamaan. Misalnya di Kalsel, kesenian yang cukup terkenal adalah, madihin, musik panting, mamanda, ba’ayun atau ma’ayun anak, rebana habsyi, hadrah, wayang kulit, dan lainnya. Di Kaltim, terdapat kesenian tingkilan, bakudung, batiung, erau, tapung tawar, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian yang dilakukan Abdan Syukri dan Puji Astuti di wilayah Kalsel, keduanya menemukan puluhan kesenian tradisional yang bernuansa keagamaan dan begitu melekat pada masyarakat suku Banjar, di Kalsel. Dan kesenian ini begitu digemari oleh masyarakat setempat.

Abdan mengungkapkan, kesenian madihin, misalnya, merupakan genre atau jenis puisi rakyat yang marak diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Banjar. Kesenian ini umumnya ditampilkan saat memperingati hari-hari besar keagamaan, kenegaraan, kedaerahan, maupun saat pemilihan umum. “Kesenian madihin ini menjadi media dakwah dan syiar keagamaan,” ujar Abdan.

Beragam kesenian tradisional lainnya juga banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatra. Masing-masing punya fungsi dan tujuan dalam menyemarakkan nilai-nilai keagamaan. Sejumlah peneliti dan Lektur Keagamaan Kemenag berharap, penelitian tentang seni dan budaya keagamaan bisa terus dimaksimalkan, agar berbagai tradisi keagamaan di wilayah nusantara itu, tidak punah. “Kita sangat prihatin, karena banyak sekali tradisi keagamaan yang begitu kuat di masa silam, atau hingga tahun 1990-an, namun saat ini sudah mulai luntur di kalangan generasi muda,” kata Ali Fahruddin, salah seorang peneliti Lektur Keagamaan Kemenag.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement