Kamis 02 Oct 2014 23:09 WIB

Ulama Yaman Jelaskan Radikalisme Pada Mahasiswa ITB

Rep: C 63/ Red: Indah Wulandari
ITB
Foto: blogspot
ITB

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Radikalisme dan terorisme masih menjadi problem serius yang dihadapi bangsa Indonesia.

"Kami undang para ulama dari Yaman untuk memberikan pemahaman mengenai paham-paham kunci yang dijadikan argumen kelompok radikal agar mahasiswa tidak terpancing dengan propaganda para teroris," kata Kasubdit Penangkalan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Andi Intang di Kampus ITB, Kamis (2/10).

Andi mengungkapkan bagaimana pentingnya memberi pengetahuan sejak dini untuk mengenali gerakan radikalisme. Sebab, jika ciri-ciri gerakan radikalisme tidak diketahui, bisa saja dengan mudah generasi muda disusupi tanpa menyadarinya.

Selain itu, lemahnya regulasi di Indonesia menjadi salah satu penyebab Indonesia menjadi tujuan aksi para teroris tersebut.

"Ya karena regulasi Indonesia masih lemah, banyak hukuman yang terganjal HAM, makanya Indonesia jadi tujuan para teroris melakukan aksinya," ujar Andi.

Melalui diskusi-diskusi yang dilakukan di beberapa kampus dengam menghadirkan tokoh-tokoh pemikiran Islam, diharapkan dapat pemberi pencerahan kepada generasi muda khususnya mahasiswa.

Khusus untuk diskusi di Kampus ITB, dua Ulama Yaman dihadirkan sebagai pembicara. Mereka adalah Prof Dr Abdullah Alaidus (Guru Besar Universitas Al-Ahqaf, Yaman) dan Prof Dr Fahmi bin Abidun (Guru Besar Universitas Darul Musthafa, Yaman).

Prof Abdullah mengatakan sebenarnya gerakan radikalisme tersebut sudah ada sejak zaman Khalifah Sayyidina Ali yang bermula diawali oleh Kaum Khawarij. Kaum ini menyebut setiap orang yang melakukan dosa besar adalah kafir, dan wajib diperangi.

Nilai-nilai itu pula yang diturunkan pada beberapa gerakan radikalisme yang terjadi pada saat ini. Sesuai pemahaman gerakan radikalisme, orang yang diluar pemahaman mereka dianggap kafir.

"Radikalisme terus menurun sampai zaman kita saat ini tapi dengan cara yang berbeda, sesuai dengan negara yang dapat menerima mereka," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement