REPUBLIKA.CO.ID, NOUAKCHOTT -- Para khotib masjid di Mauritania, dalam khutbah Jumat, mengkritik sikap pemerintah karena menghapus libur di hari Jumat. Beberapa ulama memang bersepakat untuk membahas hal itu dalam khutbahnya.
Dilansir Al Arabiya, Ahad (14/9), sebagian besar imam sholat jumat dan ulama di beberapa masjid Nouakchott, ibukota Mauritania, mengkhususkan tema khutbah mereka. Mengenai kebijakan pemerintah mengganti hari libur akhir pekan yang sebelumnya Jum’at dan Sabtu, menjadi Sabtu dan Ahad.
Para khotib berkhotbah tentang keutamaan hari Jumat dan posisinya dalam Islam. Masyarakat pun tak setuju dengan pergantian hari libur tersebut.
Rencananya, keijakan pemerintah akan dimulai pada 1 Oktober yang mendatang. Media setempat pun langsung menyulut kritikan dan perdebatan.
Beberapa media berpendapat, pemerintah akan rugi jika memaksa mengubah hari libur. Jika itu terjadi maka hari libur akan bertambah menjadi 3 hari, karena kebanyakan masyarakat Mauritania terbiasa menjadikan Jumat sebagai hari libur.
Hal itu sudah berlaku, sejak awal kemerdekaan. Mereka pun menyatakan, tak akan mengikuti keputusan pemerintah.