REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Anggota keluarga dari korban tragedi 11 September, meluncurkan kampanye iklan di bus-bus untuk mempromosikan toleransi beragama. Mereka juga mengecam munculnya berbagai serangan Islamophobia dengan target komunitas Muslim Amerika.
Disponsori oleh 'Keluarga 11 September untuk Peaceful Tomorrows' kampanye bertujuan untuk menanggapi secara khusus beberapa serangan terbaru pada kaum Muslim dan Sikh di New York City.
Kampanye itu bertepatan dengan simposium tentang konflik bersenjata, dan kejahatan yang dilakukan karena kebencian pada ras atau agama di New York City.
Beberapa kalimat kampanye anti Islamophobia, seperti 'Islamophobia itu tidak bersahabat' atau 'Mari kita membangun jembatan, bukan dinding. Kebencian itu menyakitkan, harapan itu menyembuhkan," disebarkan.
"Dengan mengembangkan dan mendukung opsi-opsi dan tindakan-tindakan antikekerasan dalam mengejar keadilan, kami berharap dapat mematahkan siklus kekerasan yang ditimbulkan oleh perang dan terorisme," ujar organisasi itu, seperti dikutip OnIslam.net.
Direktur Proyek Peacefull Tomorrows, Terry Greene, mengatakan, mereka ingin membuat pernyataan yang jelas. Anggota keluarga korban 11/9 tidak ingin mempromosikan ketakutan dan kebencian. Kakak Greene meninggal di dalam pesawat United Flight 93.
Ia menambahkan, kebebasan sipil dari semua orang AS terancam. "Kami percaya, persatuan dan toleransi antar agama adalah jalan menuju hari esok yang lebih damai. Kami ingin menghormati orang yang kita cintai dengan mencegah warga sipil tak berdosa lainnya dari mati sia-sia," katanya.
Pada hari yang sama Wilayah Manhattan juga mendeklarasikan Hari Apresiasi Keluarga 11 September untuk Peaceful Tomorrows. Beragam kampanye serupa didorong adanya jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Arab American Institute dari 2010 hingga 2014, menemukan, orang-orang Amerika memiliki perasaan yang kurang baik terhadap beberapa orang Arab dan Muslim.
Empat puluh lima persen orang ASyang disurvei mengatakan mereka melihat Muslim sebagai orang yang tak bersahabat. Kendati begitu, ada 47 persen yang mengatakan mereka mengenal seseorang Muslim secara pribadi.