Jumat 22 Aug 2014 05:47 WIB

Inilah Juara-Juara Keluarga Tersakinah Versi Kemenag

Rep: C78/ Red: Julkifli Marbun
Keluarga sakinah (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Keluarga sakinah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Melewati momentum kemerdekaan Republik Indonesia, bukan hanya anggota masyarakat yang menyelenggarakan perlombaan dalam rangka mengisi kemerdekaan. Kementerian Agama pun punya perlombaan yang diharapkan memiliki dampak baik dan inspirasi. Bukan lomba balap karung atau makan kerupuk, melainkan lomba Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Nasional 2014.

Dari perhelatan ini, diharapkan masyarakat termotivasi sekaligus memunculkan sosok teladan di tengah-tengah masyarakat dalam hal pengelolaan rumah tangga.

Dari data yang diberikan Kepala Seksi Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Jajang Ridwan kepada Republika melalui surat elektronik, dilaporkan bahwa berdasarkan hasil seleksi dan penjurian terhadap perwakilan dari 33 provinsi se-Indonesia, didapatilah 10 besar untuk menentukan juara. Hasilnya, keluarga sakinah asal Jawa Tengah keluar sebagai pemenang. Pasangan tersebut bernama Chariri Shofa (57 tahun) dan Umi Afifah (58) dengan usia pernikahan 42 tahun.

Pasangan juara keluarga tersakinah nasional ini memiliki lima orang anak yang semuanya berpendidikan dan sukses sebagai akademisi. Di antara anak-anaknya ialah Farah Nuril Izza, Dewi Laela Hilyatin, Naely Rosyidah dan Arini Rufaidah yang keempatnya tengah mengenyam pendidikan s2. Sementara anak terakhir Zumrotin Hasnawati tengah menempuh pendidikan s1 di semester enam.

Disusul juara dua diraih oleh keluarga dari Sumatera Barat dengan nama pasangan Awiskarni Husin (69) dan Neng Herawati (67) dengan usia pernikahan 38 tahun. Pasangan ini memiliki tiga orang anak yakni Rini Agustin Awis, Rina Awis dan Dulyamani.

Sementara juara tiga dimenangkan oleh keluarga dari Sulawesi Tenggara dengan nama pasangan Ryaha Madi (71) dan Qamar Muhsin (54) dan usia pernikahan mereka 30 tahun. Pasangan ini memiliki delapan orang anak dengan jenjang pendidikan paling tinggi s2 dan yang terendah masih menempuh pendidikan SLTA. Bagi para pemenang, Kemenag memberikan uang pembinaan sebesar Rp 20 juta atas prestasi yang telah dicapai masyarakat.

Keluarga sakinah merupakan institusi terkecil yang menjadi cikal bakal sehatnya sebuah bangsa. Mengingat pentingnya intitusi keluarga dalam membangun bangsa yang sehat, diperlukan kesadaran dan kesediaan dari anggota masyarakat untuk merencanakan pernikahan dengan tujuan baik yang matang sebelum membina rumah tangga.

"Kata kunci sukses keluarga sakinah adalah ketika semuanya dimulaj dengan terencana," kata Profesor Bidang Psikologi Islam sekaligus Ketua Juri Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Nasional 2014 yang diselenggarakan Kementrian Agama, Achmad Mubarok pada Selasa (19/8).

Terencana, lanjut dia, berarti tak sembarangan dalam niat dan langkah. Perencanaan meliputi bagaimana manajemen emosi, pengelolaan keuangan rumah tangga, pendidikan keluarga dan yang lainnya. Sebab keluarga bukan sekadar memperbanyak keturunan.

Lebih dari itu, keluarga adalah sarana mencetak generasi unggulan.

Berdasarkan pengalamannya lebih dari sepuluh tahun menetapkan Keluarga Sakinah versi Kemenag, para juara ialah mereka yang disadari atau tidak, menjalankan rumah tangga berbekal pandangan hidup yang luas. Dan yang terpenting, kesetiaan terhadap pasangan menjadi harga tak ternilai ketika sebuah pasangan bertahan dalam jangka waktu yang lama sebab rasa sayang di antara keduanya. "Gaya hidup keluarga sakinah juga sederhana, tidak.hedonis meski mereka kaya," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menyebut faktor kunci penentu sukses tidaknya sebuah rumah tangga adalah peran istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Istri, kata Mubarok, harus berpendidikan sebab ia berperan sebagai pengelola keuangan keluarga, serta pendidik pertama dan berpotensi terbaik bagi anak-anak dan suaminya.

Pendidikan tersebut, lanjut dia, bukan berarti seorang isteri harus memiliki pendidikan formal yang tinggi, meski tetap hal tersebut penting. Maksudnya, pendidikan tinggi orang tua tak dapat menjadi jaminan keberhasilan rumah tangga berikut pendidikan anak-anak mereka. Sebab yang terpenting, istri, suami dan anggota keluarga mampu mengrlola manajemen kearifan, ketabahan dan kesederhanaan dengan elegan serta menunjukkan ketulusan agar rasa sayang selalu terjaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement