Kamis 21 Aug 2014 17:59 WIB

Besi, Benda Langit di Bumi (2-habis)

 Dengan adanya besi, banyak peralatan yang dihasilkan untuk membantu kerja manusia.
Foto: Republika/Prayogi/ca
Dengan adanya besi, banyak peralatan yang dihasilkan untuk membantu kerja manusia.

Oleh: Hafidz Muftisany

Pada 1990-an terkuaklah sebuah hasil penelitian baru oleh astronom Barat. Seperti dipaparkan oleh ilmuwan Islam, Harun Yahya, dalam bukunya Keajaiban Besi, hasil penelitian tersebut disebut para ilmuwan Barat dalam teori yang mereka dinamakan “teori supernova”.

Dalam teori supernova, disebutkan bahwa asal muasal besi bukanlah dari Bumi. Besi merupakan benda langit yang merupakan komponen bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari.

Suhu dari bintang-bintang tersebut sangat panas hingga mencapai ratusan juta derajat. Ketika jumlah besi tersebut telah melampaui suhu yang sangat panas, akhirnya besi itu meledak yang diistilahkan dengan nova atau supernova.

Ledakan tersebut sampai menerjang beberapa planet, termasuk di antaranya Bumi. Benda langit yang jatuh ke Bumi ini diistilahkan dengan meteor, yaitu benda yang mengandung besi.

Besi-besi yang menghantam Bumi ini kemudian pecah dan bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa. Demikian, seperti dipaparkan dalam Discovery Channel.

Besi tidak didapati di seluruh wilayah di Bumi. Hanya tempat-tempat yang dulu dihujani meteor sajalah, tempat besi dapat ditemukan. Hal ini menandakan bahwa besi bukanlah benda Bumi, melainkan benda langit yang Allah turunkan ke Bumi. Sebagaimana firman-Nya “... Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat...”

Berdasarkan penemuan dari astronom inilah, dalam terjemahan Alquran yang terbaru keluaran Al Mizan  Publishing House tahun 2009, kata anzalna dikembalikan lagi kepada makna aslinya “Kami turunkan”,  setelah sebelumnya diterjemahkan dengan “Kami ciptakan”.

Mahasuci Allah SWT, Rabb semesta alam yang menjadikan ilmuwan membantu menjabarkan mukjizat Alquran.

Para ilmuwan yang tak mengenal Alquran tersebut dijadikan-Nya sebagai alat untuk menguak kebenaran Alquran. Penelitian yang dilakukan ilmuwan baru bisa tercapai pada 1990-an, sedangkan Alquran sudah mencantumkan ini pada abad ke-7 silam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement