Rabu 20 Aug 2014 10:24 WIB

Kebijakan Kremlin Ancam Eksistensi Muslim Rusia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin
Foto: AP
Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID,  UFA -- Manuver kebijakan politik Kremlin di wilayah berbahasa Rusia dinilai mirip dengan apa yang dilakukan kepemimpinan Josef Stalin. Saat ini saja, akibat konflik di Ukraina bagian timur, 5.000 pengungsi etnis Rusiaditempatkan di wilayah Rusia berpenduduk mayoritas Muslim seperti Bashkortostan.

Seperti dilaporkan Daily Sabah, Rabu (20/8), sejak tentara Ukraina telah berhasil meredakan pertikaian di wilayah timur, banyak pengungsi yang berniat kembali. Namun, Rusia malah menempatkan mereka ribuan kilometer jauh dari tanah air mereka. Langkah ini dicurigai menjadi jalan asimilasi dan pengubahan identitas warga Bashkortostan menjadi Rusia setelah sejumlah besar pengungsi yang berbahas Rusia berinteraksi dengan masyarakat lokal.

''Bashkortostan merupakan wilayah penting dalam industri energi dan minyak bumi. Meski wilayah otonom, tapi Presiden Putin menerapkan kebijakan terbatas bagi wilayah otonom federasi. Karena Presiden Bashkortostaan ditunjuk Presiden Rusia, tak ada istilah otonom,'' tutur Vugar Imanbeyli dari Istanbul Şehir University.

Bashkortostan adalah negara otonom Muslim di wilayah Volga-Ural Rusia yang didirikan Uni Soviet para 1919. Ini adalah upaya Soviet memberi identitas nasional bagi etnis Bashkir. Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat sudah 168.6777 warga Ukraina bagian timur yang mendaftar ke Badan Migrasi Federal Rusia dalam tujuh bulan pertama di 2014 ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement