Selasa 19 Aug 2014 17:02 WIB
Kontes Keluarga Teladan Nasional

Seperti Apa Kunci Sukses Keluarga Sakinah?

Rep: c78/ Red: Asep K Nur Zaman
Ahmad Mubarok
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ahmad Mubarok

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keluarga merupakan institusi terkecil yang menjadi cikal bakal sehat atau sakitnya sebuah bangsa. Dari keluargalah lahir para anggota masyarakat yang saling bersinggungan dan berinteraksi.

Dalam perannya masing-masing, anggota keluarga hadir di masyarakat dalam berbagai profesi maupun tokoh. Mengingat pentingnya intitusi keluarga dalam membangun bangsa yang sehat, diperlukan kesadaran dan kesediaan dari anggota masyarakat untuk merencanakan pernikahan dengan tujuan baik yang matang sebelum membina rumah tangga.

"Kata kunci sukses keluarga sakinah adalah ketika semuanya dimulaj dengan terencana," kata Ahmad Mubarok, profesor bidang psikologi Islam sekaligus Ketua Juri Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Nasional 2014 yang diselenggarakan Kementrian Agama di Jakarta, Selasa (19/8). 

Terencana, lanjut politikus Prtai Demokrat itu, berarti tak sembarangan dalam niat dan langkah. Perencanaan meliputi bagaimana manajemen emosi, pengelolaan keuangan rumah tangga, pendidikan keluarga, dan yang lainnya. Sebab keluarga bukan sekadar memperbanyak keturunan. Lebih dari itu, keluarga adalah sarana mencetak generasi unggulan. 

Berdasarkan pengalamannya lebih dari sepuluh tahun menetapkan Keluarga Sakinah versi Kemenag, para juara ialah mereka yang disadari atau tidak, menjalankan rumah tangga berbekal pandangan hidup yang luas. Dan, yang terpenting, kesetiaan terhadap pasangan menjadi harga tak ternilai ketika sebuah pasangan bertahan dalam jangka waktu yang lama sebab rasa sayang di antara keduanya.

"Gaya hidup keluarga sakinah juga sederhana, tidak hedonis meski mereka kaya," ujar . 

Lebih lanjut, ia menyebut faktor kunci penentu sukses tidaknya sebuah rumah tangga adalah peran istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Istri, kata Mubarok, berperan sebagai pengelola keuangan keluarga, serta pendidik pertama dan berpotensi terbaik bagi anak-anak dan suaminya. 

Pendidikan tersebut, lanjut dia, bukan berarti seorang isteri harus memiliki pendidikan formal yang tinggi, meski tetap hal tersebut penting. Maksudnya, pendidikan tinggi orang tua tak dapat menjadi jaminan keberhasilan rumah tangga berikut pendidikan anak-anak mereka. Sebab yang terpenting, istri, suami dan anggota keluarga mampu mengrlola manajemen kearifan, ketabahan dan kesederhanaan dengan elegan serta menunjukkan ketulusan agar rasa sayang selalu terjaga.

Ia menyontohkan, dalam beberapa kasus para juara keluarga sakinah terpilih, didapati orangtua dengan latar belakang pendidikan formal yang rendah, bahkan tak lulus Sekolah Dasar, tapi keduanya mampu menyekolahkan anak-anaknya yang berjumlah sebelas, hingga mereka sukses. Beberapa dari anak-anak mereka menjadi doktor, kalangan akademisi dan profesi penting lainnya. Hal tersebut menandakan, pasangan tersebut sukses dalam mendidik anak. 

Terkait Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Nasional 2014, Sekretaris Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Muhammadiyah Amin menjelaskan, kegiatan tahunan tersebut merupakan unggulan, yang juga bertepatan dengan perayaan peringatan Hari Kemerdekaan RI.

"Keberadaan para Keluarga Sakinah terpilih berpengaruh besar, terutama dalam memotivasi sekaligus memunculkan sosok teladan di tengah-tengah masyarakat dalam hal pengelolaan rumah tangga," kata Muhammadiyah Amin.

Berdasarkan hasil seleksi dan penjurian terhadap perwakilan dari 33 provinsi se-Indonesia, didapatilah 10 besar untuk menentukan juara. Hasilnya, keluarga sakinah asal Jawa Tengah keluar sebagai pemenang. Disusul juara dua diraih oleh keluarga dari Sumatera Barat.

Sementara juara tiga dimenangkan oleh keluarga dari Sulawesi Tenggara. Bagi para pemenang, Kemenag memberikan uang pembinaan sebesar Rp 20 juta atas prestasi yang telah dicapai masyarakat. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement