REPUBLIKA.CO.ID, SIMFEROPOL -- Polisi di Crimea dilaporkan menargetkan perempuan Muslim berjilbab dalam pemeriksaan sebelum kedatangan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Yang disayangkan, pemeriksaan itu dilakukan secara sinis.
Asisten Mufti Crimea, Eider Ismailov mengaku telah menemukan keluhan tersebut. "Ini menunjukan Rusia tidak mempercayai perempuan berhijab. Mereka dianggap sebagai kelompok terpisah. Ini tak lain hanyalah penghinaan terhadap umat Islam," kata dia seperti dilansir kantor berita Qirim, Ahad (17/8).
Sementara itu, Polisi Crima tengah merazia madrasah (sekolah agama) guna mencari buku-buku larang edar.
Tiga madrasah digeledah pada 13 Agustus, menjelang hukum yang akan mulai berlaku pada tahun 2015 yang melarang sejumlah buku Islam populer.
"Buku ini dikeluarkan sebagai peringatan, karena hukum tidak berlaku di Crimea belum. Masih tidak ada literatur ekstremis ditemukan pada madrasah Crimea yang digeledah, "kata Bairov.
Sekitar 300.000 Muslim di Krimea, terutama asli Tatar Crimea, yang harus menyesuaikan diri dengan undang-undang baru diberlakukan oleh Rusia setelah tanah air mereka dianeksasi dari Ukraina menyusul
referendum pada bulan Maret.