Selasa 12 Aug 2014 14:25 WIB

Terapi Musik dalam Peradaban Islam (1)

Musisi Muslim telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi.
Foto: Muslimheritage.com/ca
Musisi Muslim telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi.

Oleh: Heri Ruslan

Terapi musik merupakan salah satu bukti pencapaian ilmuwan Muslim pada era keemasan.

Seni musik yang berkembang begitu pesat pada era keemasan Islam tak sekadar mengandung unsur hiburan. Para musisi Islam legendaris, seperti Abu Yusuf Yaqub ibnu Ishaq al-Kindi (801-873  M) dan al-Farabi (872-950 M) telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi.

Sebenarnya, apa yang disebut dengan terapi musik? Terapi musik merupakan sebuah proses interpersonal yang dilakukan seorang terapis dengan menggunakan musik untuk membantu memulihkan kesehatan pasiennya.

Sejak kapan peradaban Islam mengembangkan terapi musik? Dan, benarkah musik bisa menjadi alat terapi untuk menyembuhkan penyakit?

R Saoud dalam tulisannya bertajuk The Arab Contribution to the Music of the Western World menyebut al-Kindi sebagai psikolog Muslim pertama yang mempraktikkan terapi musik. Menurut Saoud, pada abad ke-9 M, al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada musik.

“Dengan terapi musik, al-Kindi mencoba menyembuhkan seorang anak yang mengalami quadriplegic atau lumpuh total,” papar Saoud.

Terapi musik juga dikembangkan ilmuwan Muslim lainnya, yakni al-Farabi (872-950 M). Alpharabius, begitu peradaban Barat biasa menyebutnya, menjelaskan tentang terapi musik dalam risalah yang berjudul Meanings of Intellect.

Amber Haque (2004) dalam tulisannya bertajuk Psychology from Islamic Perspective: Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists, Journal of Religion and Health mengungkapkan, dalam manuskripnya itu, al-Farabi telah membahas efek-efek musik terhadap jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement