REPUBLIKA.CO.ID, Sejarah mencatat, Rasulullah SAW dan generasi salaf tidak pernah kendur dan menurunkan kualitas beribadah seusai Ramadhan. Justru, menurut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Satori Ismail, pasca-Ramadhan itulah saatnya pembuktian bagi Muslim sejauh mana komitmen beribadah.
“Karena istilah Syawal itu sendiri bermakna peningkatan,” katanya. Berikut perbincangan wartawan Republika, Amri Amrullah, dengan Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Dakwah Indonesia itu:
Apa saja tradisi atau sunah khusus yang dicontohkan Rasulullah SAW menyambut Idul Fitri?
Sebelum itu, Rasulullah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan menekankan mengencangkan ikat pinggang untuk perbanyak aktivitas ibadah. Dan, menjelang akhir Ramadhan, Rasulullah bersama para sahabat menyambut Idul Fitri dengan suka cita sebagai bentuk syukur atas rahmat Allah SWT, yang memberikan keluasan pahala dan ampunan kepada umat Islam pada Ramadhan.
Rasulullah mencontohkan saat menyambut Idul Fitri adalah wajib mengeluarkan zakat bagi yang mampu, sebelum Idul Fitri. Dan, pada hari Idul Fitri, Rasulullah mencontohkan hendaknya dianjurkan memakai wangi-wangian dan memakai pakaian terbaik, namun tidak harus baru. Pada pagi hari Idul Fitri, sebelum shalat Id dianjurkan untuk makan terlebih dahulu, yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah memakan beberapa buah kurma.
Ini menunjukkan bahwa pada hari itu berpuasa telah diharamkan, dan inilah yang membedakan dengan Idul Adha yang diajurkan untuk tidak makan terlebih dahulu pada pagi hari sebelu shalat Id dilaksanakan. Ketika akan melaksanakan shalat Idul Fitri, Rasulullah menganjurkan untuk berjalan kaki bagi mereka yang dekat dengan tempat shalat Idul Fitri. Rasulullah pun menganjurkan untuk mengumandangkan takbir secara lantang.
Sedangkan, bagi segenap anggota keluarga dianjurkan untuk menuju ke tempat shalat. Bagi wanita yang sedang menjalani masa haid tetap dianjurkan hadir walaupun tidak shalat. Ini semua bagian dari syiar Islam. Rasulullah juga mengajarkan ucapan selamat di Idul Fitri dengan ucapan “Taqabballahu minna waminkum”.
Apa makna Idul Fitri di mata Rasulullah SAW dan generasi sahabat?
Makna Idul Fitri sendiri adalah kembali bersih “fitrah” setelah, sesuai janji Allah ibadah selama Ramadhan, akan mendapatkan mendapatkan rahmat, ampunan dosa yang luas, dan dijauhkan dari api neraka. Inilah makna fitrah tersebut.
Dan, pada Idul Fitri, Rasulullah menekankan kepada para sahabat pentingnya mempererat silaturahim, memperkuat hablun minannas. Saling melapangkan maaf sebagai bentuk penyempurnaan ibadah hablun minallah selama Ramadhan. Dan, memperkuat ukhuwah Islamiyah. Kemudian, pada hadis Rasulullah SAW yang lain bahkan beliau menganjurkan bagi umat Islam saling memberi hadiah kepada saudara sesama Muslim terdekat.