REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Badan pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Kota Semarang mengaku kesulitan mencari dana yang akan digunakan untuk perawatan serta perbaikan sejumlah bagian masjid yang rusak.
"Kami sedang berusaha memenuhi anggaran sebesar Rp1,3 miliar untuk perbaikan terhadap hal-hal yang mendesak dilakukan," kata Ketua Badan Pengelola MAJT Semarang Ali Mufiz di Semarang, Selasa kemarin.
Ia mengungkapkan, sejumlah bagian masjid yang saat ini membutuhkan perbaikan adalah atap menara Al Husna yang bocor, atap di penginapan kompleks masjid, empat menara di bagian utama, dan ruang pertemuan.
Menurut mantan Gubernur Jawa Tengah periode 2007-2008, pada prinsipnya biaya untuk perbaikan yang ditargetkan dapat dilakukan pada 2014 itu ada dua sumber dana yakni yang bersumber dari pemerintah daerah setempat dan dari swadaya masyarakat.
"Sumber dana dari pemerintah bisa dari APBD provinsi atau dari pusat dan kami sudah mengajukan permohonan bantuan dana kepada Gubernur Jateng, realisasinya bagaimana itu tentu banyak pertimbangannya," ujarnya.
Selain itu, kata dia, pengelola MAJT Semarang juga berupaya memenuhi dana dari masyarakat karena ada hal-hal yang tidak bisa ditunda dan beresiko. "Kami bersyukur jika ada masyarakat yang mau membantu supaya ada percepatan dan memperluas lokasi perbaikan di MAJT," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Ali juga mengungkapkan biaya perawatan kompleks MAJT Semarang cukup tinggi dan tidak sebanding dengan pemasukan yang diterima.
"Untuk membayar tagihan listrik tiap bulan di MAJT dibutuhkan Rp70 juta, payung raksasa yang dibangun dengan dana sebesar Rp700 juta juga rusak sehingga kami membutuhkan dana untuk 'recovery' secara 'multiyears' yang mencapai Rp28 miliar," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko yang dikonfirmasi terpisah menyatakan akan melaporkan kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. "Saya dalam posisi nanti melaporkan apa yang mendesak dilakukan dan tentu upaya-upaya pengelola MAJT sudah luar biasa karena semakin lama tidak diperbaiki maka risiko kerusakannya semakin besar," kata politisi PDI Perjuangan itu.
Heru tidak dapat memastikan apakah Gubernur Jateng akan membantu pengelola MAJT terkait dengan perbaikan sejumlah bagian masjid yang rusak dan akan mengambilkan dana dari APBD Pemerintah Provinsi Jateng atau tidak.
"Yang penting adalah bagaimana menggerakkan potensi yang ada tidak hanya dari APBD tapi kita juga perlu berpikir bagaimana mendayagunakan potensi-potensi selain APBD," ujarnya.