REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN - Ketua Umum Forum Dialog Nusantara Dr Ing Ilham Akbar Habibie mendorong, pondok pesantren di seluruh Indonesia untuk memasukkan kurikulum teknologi guna memacu peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Ditemui wartawan saat melakukan kunjungan ke Ponpes Nurul Amanah di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Senin malam, Ilham Habibie mengemukakan saat ini, aspek teknologi sudah merambah hampir seluruh bidang atau sektor kehidupan, meskipun ada bidang yang pemanfaatan teknologinya tidak terlalu besar.
"Untuk pengembangan dan pemanfaatan teknologi di pesantren, ada dua cara yang bisa dilakukan, yakni memasukkan dalam kurikulum dan menggunakan teknologi sebagai alat bantu untuk proses pembelajaran kepada para santri atau siswa," kata putra sulung Presiden ke-3 RI BJ Habibie itu, Senin (21/7).
Pakar teknologi pesawat terbang itu menambahkan, pemanfaatan teknologi tidak harus yang modern, tetapi bisa teknologi yang sederhana, semisal penggunaan komputer, akses internet tanpa kabel atau wifi dan buku-buku digital.
"Pada era global seperti saat ini, kita sudah tidak bisa menutup diri dari kemajuan teknologi. Memang baru sebagian kecil pesantren yang sudah berkembang dan maju memanfaatkan kemajuan teknologi, tapi untuk pesantren yang belum harus terus didorong," tambahnya.
Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Nasional itu berharap pemerintah mengambil peran lebih besar dalam membangun infrastruktur teknologi di lembaga pendidikan, termasuk pesantren.
"Penguasaan teknologi akan membuat Indonesia memiliki daya saing lebih untuk memenangkan persaingan global dengan negara-negara lain," ujar Ilham Habibie.
Sementara itu, saat menyampaikan orasi ilmiah berjudul 'Teknologi Tepat Guna Bagi Kemajuan Pesantren Nusantara' di hadapan ratusan santri Ponpes Nurul Amanah, Bangkalan, Ilham Habibie menegaskan bahwa Indonesia memerlukan banyak teknologi untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki.
"Tanpa diimbangi teknologi, sumber daya alam Indonesia yang begitu besar tidak bisa diolah secara maksimal dan memberikan nilai tambah bagi negara. Oleh karena itu, kita perlu investasi lebih besar di bidang teknologi agar ke depan tidak terlalu tergantung pada produk impor," paparnya.