REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi
Pertumbuhan Muslim yang pesat memicu kecemburuan non-Muslim.
Masjid pertama di Swaziland berdiri di Desa Ezulwini pada 1978, sekira 15 kilometer dari Kota Mbabane. Kurang memadainya sarana transportasi publik, Muslim di Kota Mbabane kesulitan untuk shalat lima waktu di Masjid Ezulwini.
Karena itu, sebuah mushala berkapasitas 25 orang didirikan di area Malunge, Kota Mbabane, pada 1982. Jumlah jamaah yang terus bertambah membuat mushala diperluas sehingga saat ini cukup untuk 60 jamaah dan menggelar sekolah agama (madrasah) bagi anak-anak.
Namun, untuk shalat Jumat, Muslim Mbabane tetap berupaya pergi ke Masjid Ezulwini. Ruang utama Masjid Ezulwini berkapasitas 300 jamaah dan 70 jamaah di halamannya.
Kesulitan ini makin terasa, terutama saat memasuki Ramadhan, ketika umat Islam Mbabane ingin Tarawih, iktikaf, dan kegiatan lain di masjid sebab tak ada kendaraan umum yang beroperasi saat malam hari.
Muslim Mbabane tengah membangun sebuah masjid di Mbabane yang akan diberi nama Masjid E-Yusuf. Tidak hanya berfungsi untuk shalat lima waktu, kompleks masjid juga akan dilengkapi Islamic center dan madrasah.
Masjid akan terdiri atas tiga ruang utama, ruang serbaguna, ruang shalat, dan ruang shalat wanita. Selain pintu masuk wanita dan pria, tempat wudhu dan toilet pun ditempatkan terpisah.
Ruang shalat utama di lantai satu bisa memuat 350 jamaah. Empat ruang kelas di ground floor dipisahkan oleh sekat lipat. Saat dibutuhkan, empat ruang kelas itu dapat menjadi tempat shalat dengan kapasitas 350 orang.
Di area wanita, disediakan tempat wudhu, ruang shalat, dan ruang ibu-anak. Ada pula area untuk penyelenggaraan jenazah, ruang tamu, area mukim imam, serta muazin masjid.