REPUBLIKA.CO.ID,
Sentuhan peradaban Islam menjadikan Toledo sebagai kota yang indah, berbudaya, dan berilmu pengetahuan.
Masyarakat yang sebelumnya hidup tidak teratur, selalu berpindah-pindah dan tak mengenal Tuhan berubah menjadi masyarakat madani, masyarakat yang berperadaban tinggi.
Hal ini tampak dari lahirnya para ilmuwan, buku-buku pengetahuan, perguruan-perguruan tinggi, sistem pengairan, tata kota yang teratur, aman, dan tenteram.
Sejarah mencatat, Toledo berada di bawah kekuasaan Islam selama 373 tahun. Selain diwarnai dengan harmonisasi kehidupan beragama, masa kejayaan Islam di kota ini juga ditandai berkembang pesatnya penerjemahan kitab-kitab ilmu pengetahuan.
Ilmuwan Muslim, Yahudi, dan Kristen bekerja sama menerjemahkan beragam manuskrip ilmiah dari bahasa Arab ke dalam bahasa Latin. Karya-karya penting ilmuwan Romawi dan Yunani yang sempat hilang juga disalin kembali.
Namun, kedamaian dan keharmonisan itu luntur ketika Toledo dikuasai rezim Kristen. Pada 1085 M, Raja Castile, Alfonsi VI menduduki Toledo, dan jatuhlah kota ini ke tangan tentara Salib.
Meski akhirnya Toledo jatuh ke tangan penguasa Kristen, tak dapat dipungkiri peradaban Islam telah memberikan sumbangsih berharga untuk kota ini.
Berkat Islam, kota ini pernah menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan di Andalusia. Tak heran, banyak warga Eropa yang berdatangan ke kota ini untuk menuntut ilmu.
Berbagai bidang ilmu pengetahuan berkembang di Toledo, mulai dari ilmu agama, sastra, seni, astronomi, sampai teknik. Di bidang agama, muncul sejumlah ulama terkemuka. Salah satunya, Abu Usman Said bin Abu Hind.
Selain menjadi tokoh agama, Abu Usman juga pernah menjabat sebagai hakim. Ulama-ulama lainnya adalah Sulaiman bin Masrur,
Ibnul Qisyari, Yahya bin Tsabit al-Fihri, Said bin Abdus, Abu Hind al-Ashbuhi, Isa bin Dinar al-Ghafiqi, Muhammad bin Waddah.