REPUBLIKA.CO.ID,
Beragam hiburan mengubah kebiasaan anak mengaji.
JAKARTA -- Gerakan Masyarakat Maghrib (GEMMAR) Mengaji hadir untuk membangkitkan kearifan umat Islam Indonesia mengisi waktu saat Maghrib. Waktu antara Maghrib hingga Isya benar-benar dimanfaatkan umat Islam untuk aktivitas spiritual.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Abdul Djamil mengatakan budaya Maghrib mengaji sudah tergerus oleh kemajuan teknologi.
Program ini bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. “Dulu, anak-anak ramai berangkat ke mushalla atau langgar untuk mengaji Alquran,” ujarnya.
Sayangnya, kegiatan tersebut lama-kelamaan meredup. Ia melihat, penyebabnya tak jauh-jauh dari kemajuan teknologi. “Saat ini, menonton televisi atau jalan-jalan malam lebih menarik bagi anak-anak,” katanya.
GEMMAR Mengaji juga menjadi bagian pembinaan moralitas anak dan pembentukan karakter. “Saat sore hingga malam, emosional dan spiritual manusia lebih aktif,” ujar Djamil.
Demi kelancaran program, Kemenag pun menggerakkan seluruh kantor wilayah (kanwil) se-Indonesia untuk turun hingga mushala-mushala. “Kita juga libatkan orang tua yang langsung bersinggungan dengan anak-anak,” katanya.
Direktur Penerangan Agama Islam Euis Sri Mulyani menambahkan Kemenag telah mendistribusikan bantuan iqra dan Juz Amma ke 33 provinsi. “Ada juga silabus dan bantuan untuk 145 guru mengaji,” ujar Euis.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj mendukung program yang digulirkan Kemenag tersebut. Namun, gerakan pemerintah itu harus didukung semua kalangan, termasuk dunia pertelevisian.